|| 2011 - Juni - 5 || Tuhan, Aku bukanlah Batu Bercadas


Sebuah Catatan Awal,
Bahwa sebuah Kegagalan itu menyakitkan memang benar adanya,
Catatan ini dibuat hanya dalam waktu 1/2 Jam di sebuah warnet,
Sekitar 3 Jam tepat setelah pengumuman para finalis PKM-M SRD FEUI,

Oh ya, kalian tahu kah apa itu SRD FEUI? Itu sebuah kompetisi "OIM" tingkat FEUI, Hhe, Gimana ga kecewa, 2x mencoba dalam 2 tahun dan semuanya GAGAL jadi finalis 3 besar,
dan Gimana ga kecewa, karena di saat 2011 sedang diamahkan sebagai Deputi Eksternal Sosmas BEM UI 2011 which is harusnya bisa membuat sebuah program sosial yang bermakna, namun itu idealnya, :D

Tapi ada hal yang jauh lebih bermakna dari sekedar sebuah kegagalan :
"Bermimpilah setinggi langit, karena jika kamu terjatuh, maka kamu akan terjatuh diantara bintang-bintang..." (Ir. Soekarno)
Hahaha... :)))





Tuhan, Aku bukanlah Batu Bercadas
Share
Sunday, June 5, 2011 at 09:11pm



Tuhan,
Kenapa akhir-akhir ini kau seperti menjadi pemilik sirkus hidupku
Sirkus yang menampilkan semua akrobat berlebihan, penuh kepalsuan
Kau mampu menjadikan diriku buta terhadap semua keputusanmu

Aku tahu,
Kau memang tuhanku
Kau adalah penciptaku, yang menciptakan seonggok otak di dalam rangka keras bertulang

Tuhan,
Bagiku
Seringkali kau menjadi hawa dingin diatas gunung bersalju
Atau kau berubah, menderu cepat menjadi kilatan api panas yang merajam diriku
Tentu saja, itu kau lakukan dengan sesukamu
Karena kau memang tuhanku

Kau memang Satu
Siapa aku? Kau tak punya Bapak-Ibu, sedangkan aku? Aku adalah peranakan
Pernakan yang seharusnya mampu membawa kebanggaan
Kau tahu rasanya berjalan membawa bendera kemenangan dan disaksikan Bapak-Ibu?
Aku rasa, Kau tak tahu rasanya, karena Kau memang Satu, tak Beranak dan tak pula diperanakan

Hari ini,
Semua terpana menyaksikan semua roda keputusanmu
Rasanya roda ini enggan beranjak menuju singgasana keberhasilan seorang anak manusia
Karena memang kau yang menjadi pemilik roda para sirkus mainanmu

Malam ini,
Batu itu sudah tampak luntur dengan segala jubahnya
Langit tak sanggup menahan semua hasratnya untuk menumpahkan kesedihan
Karena malam menjadi waktu yg tepat bagi para pembunuh berselimut keputusanMu
Pembunuh kebahagiaan seorang anak

Batu itu kini tak bersuara,