Pk
15.15, 1 September 2014
Cerita
1. Sebuah Awal, Sebuah Kisah
||
Pertengahan 2011 ||
Masih teringat jelas pada sebuah
malam purnama saya terjebak perbincangan dengan salah seorang penghuni kosan
para tuna jomblo dan dhuafa rindu. Pada malam yang mencekam tersebut, di sudut
Kukusan Teknik, kami terlibat perbincangan yang hampir saja membuat darahnya
halal buat saya karena mengucapkan kata-kata terlarang bagi para mahasiswa
pencari suaka IPK.
Dulunya dia adalah para pemimpin
makhluk astral di fakultasnya, memimpin jiwa-jiwa bebas yang suka bertebaran di
pinggir jalan Medan Merdeka untuk menurunkan harga BBM sampai menuntut kenaikan
IPK hingga dirinya banyak dipuja oleh para lelaki dan dicaci para wanita (menyedihkan,
bukan?)
Kita sebut saja dirinya sebagai Dia-Yang-Tak-Boleh-Disebut-Namanya atau
bisa disingkat menjadi Akh Akew.
Kebetulan di pertengahan tahun 2011
tersebut saya sedang menjabat sebagai Manager
of Corporate Relationship pada sebuah program petinggi UI yang mana pernah
membuat Akh Akew -sebagai pimpinan
menengah- terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Pada malam purnama, kami
berkhalwat, bercengkerama membicarakan masa depan yang masih buram.
Dengan penuh kekejian dirinya
membuka perbincangan dengan pertanyaan.