|| 2015 - Januari - 27 || Sustainable Mining Newmont Bootcamp 4. Maju-Mundur Cantiknya Proses Seleksi hingga Pertemuan Perdana

Sustainable Mining Newmont Bootcamp 4
Maju Mundur Cantiknya Proses Seleksi hingga Pertemuan Perdana
::::: 3 Alasan PT Newmont Nusa Tenggara Menolak UU Minerba 2009 :::::



[1/9] || Lt.4 Perpustakaan Pusat UI, 10 Januari 2014 ||






Danau UI tampak teduh setelah digempur oleh serangan air dari langit selama beberapa jam belakangan, sebagaimana ketenangan yang terjadi di lantai 4, Perpustakaan Universitas Indonesia yang mungkin terjadi karena sedang masa-masa liburan kuliah namun beda halnya denganku yang terus dikejar deadline presentasi penelitian akhir di depan para dosen penguji.

Di meja panjang lantai 4, aku ditemani oleh seorang kawan, seumuran namun beda perawakan. Mungkin karena dia sudah menikah duluan di umur yang masih belia, 22 tahun. Dia mengetahui keinginanku untuk mengikuti Sustainable Mining Bootcamp 4 yang diselenggarakan oleh PT Newmont Nusa Tenggara. “Oh.. Mungkin dia tahu keinginanku karena tahu dari tulisan di social media yang aku sebarkan”, batinku berujar.

“Boi.. Apa yakin lw bakalan menang kompetisi itu? Hahaha... Bercanda,
Maksud gue, apa yakin lw akan mendapatkan apa yang lw harapkan?”
Seperti biasa, temanku membuka perdebatan yang biasanya berujung pada diskusi

“Maksud lw gimana, Boi?”
Aku tak kalah bertanya balik walau aku paham maksudnya

“Well... Let say lw menang, walau kemungkinannya kecil, Hahaha... Bercanda,
Apa lw bakalan melihat semua apa yang terjadi disana? Apakah lw yakin akan melihat kebenaran disana? Sejauh mana lw tahu bahwa yang lw lihat bukanlah hal-hal yang disengaja pihak Newmont?”
Temanku bertanya secara tajam sebagaimana mahasiswa-aktivis sosial politik mendebat

Disaat dirinya masih berkata, aku hanya mendongakkan kepala, melihat pemandangan luar jendela yang rimbun oleh pohon setinggi 30 meter yang ditanam tepat di tengah perpustakaan pusat UI. Disaat temanku terus bertanya yang akhirnya menyerah dengan memalingkan wajah memandang laptop karena aku tidak pedulikan, aku berujar pelan,

“Kalau lw ingin belajar, maka lw harus berprasangka baik
Setidaknya gw akan bisa adil sejak dalam pikiran karena gw hadir disana
Mendapatkan pengetahuan langsung, bukan menadah jawaban dari framing media,
Kalau dalam penelitian, gw mendapatkan data primer di saat lw terus berbicara dengan data sekunder. Gw bangga dapet nilai A dan lw hanya meratap dengan nilai C, Hahaha...”
Aku pun menjawab pertanyaan kritisnya dengan menjambak rambutnya



[2/9] || Ruang Mac Perpustakaan Pusat UI, 11 Januari 2014 ||
Hari sabtu adalah hari kemerdekaan bagi para mahasiswa (jomlo) yang biasanya dihabiskan di tempat-tempat yang menawarkan fasilitas gratis, tidak terkecuali ruang Mac, perpustakaan Universitas Indonesia. Ada sekitar 125 komputer Mac yang berjejer saling berhadapan di ruang seluas 50*100 meter persegi di perpustakaan pusat ini.

Tak terkecuali aku yang pk 10.30 ini berada di antara puluhan mahasiswa (jomblo) sudah ngangkring manis di depan layar komputer Mac. Aku sudah tidak sabar melihat bagaimana hasil lomba karya tulis yang sudah aku submit di tanggal 2 Januari 2014 di kompasiana.

Dan sungguh malang,
Ketika aku membuka website www.kompasiana.com, tercantum pengumuman yang menyebutkan bahwa deadline untuk submit karya tulis “Mengenal Tambang Lebih Dekat” diperpanjang hingga 15 Januari 2014 yang seharusnya hari itu adalah pengumuman pemenang lomba. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana semakin suramnya malam minggu nanti yang sudah pekat karena status jomblo yang didapat.






Aku awalnya membuat skema,
Dengan penuh rasa optimis, jika tanggal 15 Januari 2014 adalah pengumuman pemenang peserta Sustainable Mining Bootcamp maka dengan doa dan ikhtiar yang penuh istiqomah maka itu akan menjadi kado terbaik di saat sidang penelitian akhirku.

|| 2015 - Januari - 25 || Sustainable Mining Newmont Bootcamp 4. Kegilaan Macam Apa Ini!

 Sustainable Mining Newmont Bootcamp 4
Kegilaan Macam Apa Ini!
::::: 5 Alasan Kenapa Harus Ikut Sustainable Mining Bootcamp :::::






|| 25 Januari 2015 ||

Perhatian... Perhatian...
Kepada para penumpang Garuda Indonesia, GA0433
Pesawat mengalami delay selama 1 jam karena permasalahan teknis

Dinginnya udara akibat hujan deras dari luar bandara tidak mampu menembus kerumunan di ruang tunggu Bandara Internasional Lombok yang sudah hangat dengan ratusan penumpang si burung besi. Di sudut belakang, aku bersama teman-teman #NewmontBootcamp agak sedikit kesal dengan penundaan waktu tersebut, kesal, mengapa tidak disudahi segera saja perpisahan ini untuk menutup ruang rindu yang sewaktu-waktu dapat terbuka..

Jam tangan Swiss Army terbaru di pergelangan tangan kiriku menunjukkan Pk 14.30

Aku menjauh, terpisah dari teman-teman
Duduk di jejeran kursi besi yang menghadap ke landasan pacu pesawat, untuk merenungi kegilaan yang telah aku dapatkan selama 1 minggu sebelumnya, yang dulu aku perjuangkan selama 1 bulan, dan yang aku sabar untuk menunggunya selama 1 tahun belakangan. Kepingan memori masa lalu menyeruak seketika.



|| 30 Desember 2013 ||
Disaat teman-teman sedang mempersiapkan pesta tahun baru, aku malah terpaku pada meja belajar, di ruang khusus berukuran 5*8 meter dihadapkan pada sebuah layar laptop Toshiba berukuran 14 inch dengan puluhan jurnal yang harus aku review dari tema marketing, politic, social, public relation, hingga psychology. Maklum... Deadline pengumpulan penelitian akhir adalah hari Jum’at, 3 Januari 2014. Bosan.







Jam dinding di sudut kiri atas dari arah meja belajar, berwarna merah dengan lambang khusus kampus rakyat, Universitas Indonesia, menggoda manja diriku untuk melepas penat dengan social media. Toh, sudah Pk 23.30, ini sudah diluar batas wajar waktu lembur buruh kontrak.

Masuk ke www.twitter.com, sign in, scrolling timeline, melihat kesibukan teman-teman, dan keanehan pun terjadi. Aku yang terbiasa memperhitungkan hal-hal detail melihat salah seorang adik kelas FEUI dari jurusan Ilmu Ekonomi angkatan 2010 memposting tweet tulisan yang menurut saya aneh, “Welcome CSR Pasif & Goodbye CSR Aktif”, @NewmontID.

|| 2015 - Februari - 4 || Anak - Anak Masjid

Pk 23.15, 4 Februari 2015
Anak - Anak Masjid






|| Menepi jelang Maghrib ||
“...sudah lama rasanya, 
aku tidak mendengar langsung pukulan bedug penanda adzan Maghrib, 
kadang terselip rasa rindu di dalam kumparan kegelisahan terhadap keputusan Tuhan 
rindu untuk terus menjaga hubungan denganNya...”

Jam digital di tangan kiri sudah menunjukkan pk 18.05 sore hari ini.
Langit di jalan sempit Cipayung sedang dirundung kesedihan, gelap seperti perasaan ini.
Perjalanan pulang dari kampus UI di Depok menuju rumah di daerah Pondok Gede biasanya memakan waktu hingga 45-60 menit tergantung kemacetan.

Akhir-akhir ini hatiku memang rasanya sedang terus mengamuk dengan setiap keputusan yang diberikanNya. Cara untuk melampiaskannya adalah dengan berusaha untuk menjauhiNya, walau sejujurnya aku memang juga tidak menemukan kedamaian dengan perilaku tersebut.

Hanya dengan memikirkan hal diatas saja jam digital sudah bergerak menuju pk 18.10. Sial. Maghrib ini aku rasanya ingin sekali shalat berjama’ah di masjid. Jarak antara jalan Cipayung hingga rumah pasti lebih dari 20 menit. Aku yang mengendarai motor Kharisma tanpa wing di kedua sisi sejenak berpikir bahwa tidak akan mencapai rumah tepat waktu untuk shalat berjama’ah di masjid komplek. Aku yakin pk 18.20 adzan akan berkumandang, sedangkan shalat berjamaah jika dilakukan saat perjalanan pulang bukanlah kesukaanku. Ribet adalah kata yang tepat untuk menggambarkan ketidaksukannku tersebut.

Tapi rasanya ada hal berbeda yang ingin kucoba.
Beberapa ratus meter dari padatnya jalan daerah Cipayung, terlihat kubah masjid berwarna biru yang mengubah hati ini untuk shalat Maghrib berjama’ah disana. Jika terus kupacu kharisma ini dengan kecepatan 60km/jam maka sampai di rumah pun pk 18.40, rasanya bosan jika shalat sendiri di rumah. Tepat pk 18.15 aku sudah tiba di masjid kubah biru tersebut. Kata mungil adalah gambaran yang tepat untuk luas masjid tersebut.

Tersisa 5 menit.

|| 2015 - Februari - 3 || Acuhkan Perasaan Ini

Pk 18.30, 3 Februari 2015
Acuhkan Perasaan Ini






|| Pesan di Pagi Hari - Kepekaan ||
Seperti biasa, jalan di ibukota (definisi Ibukota dalam kalimat ini merujuk pada penafsiran dari para kelas menengah ngehe, salah satunya, yaitu dari PGC hingga Pasar Senen) pagi ini tidak nampak perubahan berarti sebagaimana kemarahan dan pencitraan yang dilakukan oleh Bapak Ahok di media massa -yang bagi saya pribadi- hanyalah tameng dari segala ketidakmampuan beliau untuk memengaruhi orang yang mengenal beliau untuk ikut berubah.

Rasa-rasanya akhir-akhir ini saya merasa lebih peka.
Kepekaan ini semakin teruji di jalanan ibukota kala sinar matahari menggenggam para warga Jakarta yang berdesak-desakan di dalam angkutan umum, berpeluh di jalanan dengan kepulan asap jahanam kendaraan pribadi (maupun metromini busuk yang seharusnya sudah diganti) sesama pekerja yang tidak ingin telat masuk kantor, dan karena belum biasanya saya untuk membunuh perasaan benci ini. Entah apa muara dari kekalutan ini..

30 menit yang lalu jarum jam dinding menunjukkan pk 09.15
Aku tak pernah lupa untuk melihat jam dinding sebelum pergi kemanapun
Semacam ritual yang jika ditinggalkan maka siap-siap saja setan jalanan akan menggodamu untuk memacu kendaraan pribadi dengan penuh hawa nafsu. Terlambat. Itulah penyebabnya.

Aku mengendarai motor Supra-X hitam merah keluaran terbaru,
Selepas melewati jalan khusus komplek militer Halim, sudah saatnya memindahkan ke gigi 3, menghindari kepulan asap laknat dari angkot 01 hingga metromini jurusan Kampung Melayu di sekitaran Pusat Grosir Cililitan.

“...Pk 10.30 setidaknya harus sampai gedung itu...”, batinku berbisik mengancam.


Hari ini aku ada janji cukup penting Pk 11.00 dengan seseorang di gedung tepat di samping patung tugu tani, masih agak dekat dengan Hotel Aryaduta. Sebuah hotel dengan saksi bisu kebencianku terhadap mahasiswa-mahasiswi yang mengatasnamakan diri aktivis (yang menurutku lebih tepat disebut aktivis brengsek karena bualannya menutupi selimut otak mereka), lain kali aku akan menulis khusus mengenai Konferensi Mahasiswa Indonesia 2011.






30 menit sebelum pertemuan dimulai,

|| 2015 - Februari - 1 || Shinobi

Pk 07.25, 1 Februari 2015
Shinobi






Akhirnya setelah menunda selama 2 tahun, kembali menonton Naruto Shippuden di saat teman-teman yang lain (mungkin) sudah khatam. Episode ini merupakan gambaran atau memori masa lalu dari Hatake Kakashi. 1 kata yang bisa saya ungkapkan. Kegelapan.

Begitu banyak rahasia yang terungkap pada episode 351 - 361 dimana kegelapan yang menyelimuti Kakashi membuatnya terpilih masuk ke dalam organisasi paling pekat di Desa Konoha yaitu “Ne” (dibawah otoritas langsung Danzo) walau kemudian di keluarkan oleh Hiruzen untuk masuk menjadi organisasi elit “ANBU” (dibawah otoritas Hiruzen Sarutobi).