Membuka
lembaran baru, “Ilmu Baru ala #Metalliqo tentang Puasa”
||
sebuah prolog, siang yang cerah ||
Hari ini, Minggu ini, tepatnya di
waktu Dzuhur, menjadi waktu yang berbeda dari biasanya, entah mengapa langkah
kaki ini merasa riang mendapat suasana baru, pendekatan baru, dan pencarian
ilmu gaya baru, #yeah. Well... udah
punya semangat baru, udah punya tampang baru, udah punya calon baru #yaelah, melangkah ke Komplek Timah, ke
rumah Dr. Arief Munandar, ke lantai 2, tepat pk 12.45, buka pintu, dan... jedder...! Ga taunya ga ada orang sama
sekali! Asem! Gw diturunin ke tingkat
yang orangnya suka telat ternyata. Hahaha. Nunggu sekitar 45 menit dan barulah
berdatangan para fakir asmara. Itupun 4 orang doang. Unknown Object macam Fadel, Hadi, Ibnu, sedang diluar kota.
Here
we goes
||
Gile Boy! Gw dapet Ilmu baru tentang Sejarah Puasa Ramadhan ||
Bang Arief Munandar membuka
percakapan dengan mengambil kajian #Metalliqo
kali ini dari Ust. Ibnu Al Rosyad ketika beliau mengunjungi tarhib ramadhan di
sebuah acara. Kajian ini membuka mata gue tanpa menutup sedikitpun perasaan gue
ke dia #yaelah, kajian mengambil
sudut pandang asbabun nuzul dari Al Baqarah ayat 183 - 187 dimana
menurut sebagian mufassir (harap ditekankan bahwa bukan jumhur ulama)
sebenarnya ayat 185 merupakan ayat
yang menjelaskan tentang jumhur ulama kewajiban
puasa di bulan Ramadhan, jadi bukan ayat 183 yang sering sekali dikutip
sebagai dalil dan ditempel di spanduk di depan BSI, di depan Metromini jurusan
Senen-Tj Priok, atau di ucapkan melalui sms untuk menarik perhatian dia #yaelah
||
Kajian Ayat 183 - 184 Al Baqarah ||
Ayat ini memang berbicara tentang
kewajiban shaum namun dalil ini tidak
mengarah pada kewajiban saat shaum di Ramadhan. Perlu dicamkan bahwa ayat ini
turun sebelum Perang Badar! Dimana terdapat pertentangan ketika kewajiban shaum
Ramadhan itu actually terjadi saat
tepat di Perang Badar. Sehingga ayat ini konteksnya lebih mengarah pada
kewajiban puasa yang terjadi sebelum Ramadhan, atau dahulu kala ada hukum Kewajiban Puasa saat Muharram. Sehingga
dewasa ini terdapat kesalahan kelaziman penerjemahan dan akhirnya “kewajiban
puasa di Muharram” ini gugur ketika turun ayat 185 Al Baqarah. Ini mirip ketika
kita punya perasaan sama seseorang yang tidak diseriuskan dan akhirnya gugur
ketika ada perasaan sama orang lain *dipentung satpam*
||
Kajian Ayat 187 Al Baqarah ||
Jadi begini, asbabun nuzul dari surah ini adalah ternyata oh ternyata di zaman dahulu kala itu Puasa itu sangat
berat lho. Nih perhatikan perbincangan 2 jomblo ini.
“ Lho memangnya puasa orang jadul kenapa mblo, eh salah, maksudnya, kenapa bro?”
“Bro.. Bro.. Dulu itu, di zaman Rasullullah SAW pernah ada hukum bahwa waktu puasa itu adalah shubuh-maghrib, lalu buka puasa hanya saat maghrib-isya, lalu puasa lagi dari isya-shubuh”
“Asem Bro! Lw tau darimana Bro?”
“Lw harus perhatikan baik-baik ini ayat mblo, ada kalimat bahwa Dia Menerima Taubat dan Allah Maha Mengetahui yang mana dulu sahabat rasul itu banyak yang cheating ketika puasa dari isya-shubuh itu well... seringsekali kurang bisa menahan nafsu, lalu di saat Rasullullah SAW bertanya kepada mereka apakah mereka masih puasa, eh mereka bilangnya masih puasa, padahal semalam mereka sedang ikhtiar untuk melanjutkan keturunan sedangkan Allah itu tahu apa yang disembunyiin di hati hambaNya, termasuk isi hati lw sama dia yang berbeda dengan yang lainnya #yaelah. Sehingga Allah SWT merevisi ayat 187 dengan kalimat tambahan bahwasanya pengurangan waktu puasa itu demi kebaikan hambaNya.”
Nah jadi begitu ya maknanya, eniwei
ada yang tahu ga mengapa kewajiban puasa Ramadhan itu terjadi ketika Perang
Badar? Sebenarnya ini menjadi sinyal bagi umat muslim bahwa ibadah
kepada Tuhan bukanlah pengganti dari ibadah yang berkaitan dengan hablumminannash dimana seharusnya kita
harus maksimalin ibadah kita ke sesama manusia, seperti sedekah, infaq, atau
mengingatkan sudah sahur belum, sudah berbuka belum, atau tarawih bareng, #yaelah
||
Ramadhan Leaks, edisi Esensi Puasa Bulan Ramadhan ala #Metalliqo ||
Pas lagi serunya kita diskusi sama
Bang Arief Munandar, ternyata kita tahu bahwa manusia itu punya 2 unsur,
makanya kita sebenarnya berbeda dengan Aang
yang punya 4 unsur. Terdapat unsur bumi
dan unsur langit dimana unsur bumi
ini selama 11 bulan lebih kuat menarik diri kita.
Nih gue contohin, secara rasional,
lw tahu kalo pahala shalat berjamaah di masjid, di shubuh, atau berjamaah sama
dia #ngarep itu jauh lebih hebat 27
kali tapi kenapa kita malah narik selimut? Lw paham kan kalo bersedekah itu
bisa digantikan beratus kali lipat tapi pikiran negatif lw sama orang
mengalahkan lw untuk berbuat kebaikan kan? Lw ngerti kalo shalat qiyamul lail
itu pahalanya segede gaban tapi kenapa masih malas-malasan dibanding ngerjain
kerjaan kantor kan? Nah, makanya di bulan Ramadhan ini kita melaparkan diri
untuk mengurangi unsur tarikan bumi dengan pahala yang jauh lebih hebat sebagai
ujian dari Allah SWT apakah kita masih berpikir secara rasional atau tidak,
Hehehe...
“di zaman
Rasullullah SAW, bulan Ramadhan menjadi penerang umat dikarenakan kesederhaan
diri & tidak berlebih-lebihan, terutama ketika semua itu menjadi klimaks pada saat kita dapat menghidupkan malam”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar