Pk 21.28, 6 Desember 2012,
Menulis, sebuah Refleksi Melarikan Diri
Entah mengapa akhir-akhir ini saya kembali suka menulis, walaupun terkadang atau bahkan seringkali tidak menerbitkan sebuah Inspirasi di mata para pembaca. Saya akui itu, karena memang sudah kodratnya bahwa tulisan saya ya sekedar dinikmati saja, tak perlu dikritisi, terlebih ingin dipuji, Hahaha... Saya tidak se-narsis itu.
Tidak baik memang melarikan diri, terlebih jika melarikan perasaan seorang wanita, bisa ditegur satpam yang dikirim oleh Tuhan. Entah, suplemen atau hormon apa yang telah mempengaruhi otak dan raga saya, pernah kalian merasakan? Ketika di waktu terjepit kalian akan berusaha semaksimal mungkin mencapai tujuan yang seharusnya kalian capai jika dilaksanakan sesuai waktu.
Seringkali saya merasa bersalah akan hal itu, namun untuk kali ini, bukan doa yang dipanjatkan pada Tuhan, bukan keluhan yang disematkan pada Timeline Twitter, atau kepalsuan perasaan yang diungkapkan pada dia. Caranya? Tulis saja apa yang kamu rasakan, bagikan pada dunia, dan lihatlah apa yang terjadi kemudian. Karena Tuhan tak pernah tidur, karena Tuhan tak pernah membiarkan hambaNya, sendiri, menepi bersama hati yang mati.
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasaPada suatu ketika yang telah lama kita ketahuiApakah kau masih selembut dahulu, memintaku minum susu dan tidur yang lelapSambil membenarkan letak leher kemejakuKabut titpis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah MandalawangiKau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suramMeresapi belaian angin yang menjadi dinginApakah kau masih membelaiku semesra dahulu?Ketika ku dekap, kau dekaplah lebih mesra, lebih dekatApakah kau masih akan berkata? Kudengar detak jantungmuKita begitu berbeda dalam semua,Kecuali dalam Cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar