Pk
20.28, 18 Oktober 2014
Srikandi
Tangguh dari Kediri, (Bu) Tri Rismaharini !
NB : Sebenarnya agak sedikit ngeri apakah diri ini mengalami kepribadian ganda atau tidak, kemarin menggunakan kata ganti “Aku” sekarang sedang nyaman dengan kata ganti “Gue”. Apakah ini karena inkonsistensi diri atau bukan, merinding juga dibuatnya, tapi kalau mau adu tes pauli sama kraeppelin ayok sini ngadu untuk mengetahui siapa yang memiliki kelainan ganda, maksudnya, kepribadian ganda.
||
Juma’t, November 2013, Dewan Guru Besar UI ||
Di bulan November 2013 lalu gue
dimintakan tolong oleh Pak Harryadin Mahardika Ph.D. untuk menjadi pemimpin tim
teknis penyelenggaraan Eksplorasi Pemimpin Bangsa dan Daerah selama 5 hari di
Fakultas Kedokteran UI, Salemba, dibawah bimbingan beliau dan Dewan Guru Besar
UI.
Memasuki hari ke-4, seketika
setelah selesai shalat Jum’at dan tak henti mendoakannya di Masjid ARH UI,
Salemba, gue inget banget saat itu, *mata
memandang tajam seperti elang*, setelah melalui rangkaian eksplorasi
Pemimpin & Negarawan Indonesia yang diselenggarakan
Dewan Guru Besar UI, hari Jum’at itu akan memasuki sesi diskusi bersama Bu Tri Rismaharini untuk mempresentasikan
diri mengenai pembangunan di wilayahnya. Namun sebelum itu tidak lupa @nisahkm
(Chairunisa Saraswati Hakim, -red) mengingatkan gue untuk makan siang terlebih
dahulu, *jadi ge-er* walaupun juga
mengingatkan teman-teman lainnya kalau tidak salah, *loncat dari Lt.2 masjid Arif Rahman Hakim*.
Untuk makan siang prasmanan tim
teknis hingga para Guru Besar serta pembicara memang disediakan tempat khusus
di lantai 3, FKUI, di ruang Dewan Guru Besar FKUI. Pak Effendi Ghazali terus mengingatkan
saya untuk memeriksa persiapan tim menjelang Bu Risma datang dan sebagai
pemimpin yang baik maka sudah kodrat saya untuk mendelegasikan tugas kepada
bawahan, sementara saya makan dengan bergizi di ruang tersebut. Baru saja
beberapa suap, terdengar agak sedikit kegaduhan diluar, ternyata Bu Risma
datang dengan beberapa ketua RT atau RW dari Surabaya. Beliau langsung melihat
gue dengan senyuman khas, mungkin dalam hati terdalam dia berkata “ini petugas damkar Surabaya ngapain
ikut-ikutan kemarin* namun langsung sirna ketika melihat jaket kuning
sedang dipakai oleh gue.
2 kata yang melekat ketika saat itu
melihat langsung beliau, yaitu
Lucu,
Sederhana, dan Tegas
Saat sesi berlangsung saya tidak
bisa ikut ke dalam karena memantau luar ruangan, awalnya berdua saja bersama
@nisahkm namun karena penyakit saya itu grogi ketika berdua sama perempuan, ya sudah, saya iseng-iseng saja masuk ke dalam ruangan duluan tapi akhirnya
gantian sama dia. Saat @nisahkm keluar, dia menceritakan sedikit mengenai perubahan
dan pencapaian yang telah dilakukan oleh Bu Tri Rismaharini, dan sebagai
seorang pria kesepian, saya hanya bisa sesekali mengintip presentasi tersebut dari
luar ruangan.
||
Satu Jam Lebih Dekat ||
Malam ini terbilang cukup mewah buat gue karena berkesempatan
menonton TV bersama ayahanda, suatu hal yang sangat jarang gue alami dahulu
kala. Kami tidak sengaja menonton TV One dan ketika melihat langsung acara
bersama Ibu Tri Rismaharini langsung
saja gue katakan sembari memegang kedua tangannya“ayahku, bersabarlah, marilah kita sejenak menonton Ibu Walikota
Surabaya” lalu dibalas oleh ayah, “tidak
anakku! Ini tidak bisa dibiarkan! Biarkan Dora bahagia bersama Boots!”.
Oke, cukup jayusnya.
“Saya
ini lebih baik tidak menjadi pemimpin ya, Mba, karena saya tahu beratnya amanah
yang akan diambil”
Pada acara Satu Jam Lebih Dekat ini ditampilkan sosok Tri Rismaharini yang
sangat humble sekaligus membal (^^)v, diundang juga berbagai orang yang selama
ini berada di dekat beliau. Ada 1 sesi yang membuat saya tercekat ketika Bu Tri
Rismaharini bercerita tentang ancaman nyata yang tidak hanya ditujukan untuk
dirinya namun turu berimbas kepada keluarganya. Saat itu beliau mengambil
kebijakan yang mengancam nyawanya. Beliau katakan bahwa “saya tidak takut mati”, sungguh hati ini berdesir rasanya dan
ingin bilang juga “saya tidak takut jomblo,
Bu”. Beliau juga tanyakan kepada sopir dan ajudannya dan mereka mengatakan bahwa
mereka juga sudah tidak takut mati. Namun semua berbeda saat ada yang mengancam
melalui telepon dengan mengatakan bahwa “saya
tahu bahwa Ibu tidak takut mati namun Ibu akan merasakan sakitnya jika anak ibu
yang mati”. Beliau lalu kumpulkan keluarganya dan mengamanahkan bahwa kita
jangan takut karena hidup dan mati hanya di tangan Allah SWT.
||
Ibu Sri, Mantan PSK Lokalisasi Dupak ||
Saat sesi ini berlangsung, MC
berhasil menelusuri memori masa lalu Bu Tri Rismaharini saat menjadi mahasiswa
teknik arsitektur ITS, ketika beliau mengerjakan tugas akhir skripsinya
mengenai tata ruang atau bentuk perumahan di lokalisasi Dupak hingga ketika
beliau menjadi Walikota ternyata tidak ada perubahan sama sekali. Saat
ditanyakan kepada salah seorang PSK ternyata mereka menjawab bahwa selama ini
pemerintah telah berbohong bahwasanya ketika dijanjikan sesuatu ternyata tidak
turun di lapangan. Inilah yang membuat Ibu Tri Rismaharini sedikit murka dengan
kondisi sesungguhnya bahwa banyak para PSK yang ingin merubah hidupnya namun
anggaran di lapangan malah dimainkan bawahannya!
Program ini mengundang salah
seorang mantan tuna asmara, eh,
maksudnya tuna susila yang sudah berumur 50 tahun-an untuk menceritakan tentang
kehidupan pasca menjadi anu.
Sesi ini menurut gue agak menarik sih, karena ternyata mantan PSK tersebut
tidak bisa berbahasa Indonesia, hanya bisa berbahasa Jawa. Wah... Langsung kangen Purwokerto jadinya, Hahaha...
“Iya, Alkhamdulillah... Jualan gorengan masih bisa
hidup cukup.
Yang penting halal ya,Bu Risma...”
||
Fuad Bernardi, Anak Bu Tri
Rismaharini ||
Sesi ini hampir membuat gue
menitikkan air ketuban, anak beliau diundang sembari membawakan bunga Flohope
Indonesia (@flohope_ID) *promosi*. Mengapa bunga Flohope Indonesia? Karena jika
membeli di hari Senin harganya sudah naik *podomoro group*. Yang membuat gue
terharu di sesi perbincangan ini adalah bagaimana Bu Risma mencoba meyakinkan
anaknya akan tanggung jawab beserta resiko yang menyertainya, dan yang lebih membuat
gue terharu adalah ketika anaknya sadar betul (dan sangat manusiawi) bahwa
tetap ada rasa ketidakikhlasan jika ibunya dicelakakan walau berkali-kali
ibunya bilang kepada sekeluarga jika ada yang mengancam maka langsung bilang
bahwa “saya tidak takut mati, saya takut
kepada Allah SWT”.
"Saya doakan warga Surabaya dulu baru
anak2,
karena saya ingat sumpah saya harus mendahulukan kepentingan
warga."
||
Luthfi Muhammad, Sahabat Bu Tri Rismaharini ||
Melihat peranakan beliau, masya allah!, dikiranya Habieb Riziq
belum ditangkap polisi, malah main ke acara TV One. Cara bertutur kata beliau
yang agamis dan berpakaian islami ini mengingatkan diri gue sebelum
reinkarnasi. Beliau seperti sahabat dan guru bagi Bu Risma, bagaimana beliau
mengingatkan Bu Risma untuk ikhlas ketika ditunjuk oleh warga Surabaya untuk
menjadi pemimpin namun tetap harus istikharah terlebih dulu juga.
Pasti senang rasanya jika memiliki
sahabat atau teman kelompok yang seperti Pak Luthfi, tidak terkesan menggurui
namun berhasil menggugah hati nurani untuk membuat keputusan terbaik. Bagaimana
cara beliau mengomentari kepemimpinan Bu Risma untuk terus bekerja terhadap rakyat
dan jangan lengah terhadap rasa sombong atau riya’ atau ekspos media. Kuncinya
1, yaitu disini, *menunjuk ke hati*
“Saya
bilang ke bunda (Bu
Risma), janganlah dulu pergi umroh atau haji di saat kamu sedang memimpin,
jangan sampai disorot, teruslah bekerja untuk wargamu.
Jika
kamu ingin beribadah maka tegakkanlah keadilan untuk wargamu, maka sikap adil
itulah yang akan menjadi ibadahmu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar