Pk
20.22, 4 Oktober 2014
Komunikasi terhadap Perempuan ala Unlimited Insights
Co.
|| Ya.. Ya.. Ya.. Tertawalah… ||
Hahaha…
Hahahaha…
Bahahahahaha…
Ruang
kantor berukuran 15*5 meter yang saya tempati sedari bulan Maret 2014 tersebut
mendadak riuh sekali dengan tawa dari 4 rekan kerja. Apa boleh buat, saya hanya
bisa menghela nafas panjang, tersenyum seadanya, dan menatap kosong ke layar
laptop. Tersebutlah nama-nama yang tidak asing di jagat dunia perasaan.
(Bp.) Harryadin Mahardika (Ph.D.) adalah dosen sekaligus
mentor saya dalam uruan akademik hingga strategi menghadapi perempuan. Saya sungkem dengan beliau atas jasa-jasanya
yang tanpanya maka saya tidak akan dapat keluar dari gerbang kampus FEUI.
Beliau juga merupakan CEO & Co-Founder Konsultan Unlimited Insights. Untuk
urusan percintaan hingga membangun rumah tangga, beliau banyak sharing semasa
di kampus dulu (cerita mengenai beliau dimarahi oleh pacarnya karena
modal-beasiswa yang rugi untuk bisnis warnetnya menginspirasi saya,), terlebih
ketika membina keluarga di Australia selama beberapa tahun bersama istri &
anak untuk mendapatkan gelar doktornya.
Mekhdi Ibrahim Johan. Pembawaannya kalem. Awal bertemu
saya tidak menduga bahwa dia merupakan anak KKI FEUI. Terlebih topik yang
sering dijadikan bahan perbincangan kami kalau dalam 1 mobil. Dimulai dari tema
politik, bisnis, agama, hingga wanita. Untuk urusan perempuan, sejatinya saya
ragu dengan kemampuannya, Hahaha…
Tidak-tidak, bercanda. Dalam waktu dekat ini Mekhdi akan menjadi adik ipar artis
David Chalik.
Fadli Umam. Saya bingung sekali dengan ini makhluk.
Urusan percintaannya saja masih bernafas pendek namun dialah yang tertawanya
paling keras diantara yang lain saat membincangkan keluguan saya dalam urusan perasaan. Saat ini dia pun sedang
mencoba PDKT dengan salah 1 anak FEUI
yang (sejujurnya) saya ragu akan jadi
:D Kalau saja Umam mendapatkan pekerjaan sebagai seorang sales maka nampaknya dia akan sering melampaui target penjualan.
Mulutnya ialah senjatanya. Kuat ngomong.
Terakhir, dalam Tim Unlimited Insights & Co
Ada Yugo Binowo. Dimana ada Umam maka disitu ada Yugo.
Mereka sudah sangat dekat sekali. Setidaknya dibandingkan Umam, dia memiliki
pengalaman positif dalam hubungan asmara walau ujungnya pun tetap negatif. Satu
hal yang saya kaget, ketika kami 1 project
Dewan Guru Besar UI, ternyata dia mengajak nonton-makan salah 1 anggota tim
yang berasal dari FIB UI. Hasilnya? Nihil :D
|| Kesalahan Saya ||
Skak mat!
Memang
untuk urusan yang berhubungan dengan makhluk bernama wanita, merekalah jagonya.
Dari mulai cara berkomunikasi, menjaga rasa, hingga menaklukan hati pasti
mereka memiliki banyak pengalaman. Setidaknya salah 2 dari mereka sudah
memiliki hak paten, Hahaha… Sedangkan
2 sisanya hanyalah menikmati pelecehan verbal percintaan terhadap saya. Sial. Semuanya bermula ketika negara api
menyerang, #halah.
Pertemuan
diantara kami ber-5 dilakukan lagi sekembalinya saya dari Malaysia mengikuti 1
kegiatan kepemudaan tingkat regional. Saat bertemu Pak Harryadin di kantornya, entah angin apa yang menerjang kantor,
secara tiba-tiba beliau bertanya “jadi
bagaimana Singgih? ada teman perempuan Malaysia yang nyangkut gak?”. Dan
seketika semuanya hening, pandangan mata menjadi gelap, hidung kembali
tersendat, & mulut tercekat. Sialnya beliau bertanya seperti itu dengan
cukup lantang yang membuat 3 serigala kantor cekikikan.
Flashback. Untuk urusan perasaan, segalanya terasa saya reset
kembali setelah mengalami beberapa pengalaman yang menempatkan saya berada
dalam posisi subject aktif pelaku
kejahatan dan dalam perspektif tertentu dapat dikataan menyakiti perasaan kaum
hawa. Saya tidak bisa membenarkan maupun mengelak. Dalam kondisi tertentu
seharusnya ada hal-hal yang harus kita dengar dari kedua belah pihak agar tidak
terjadi kesalahpahaman. Sehingga dalam kondisi ini, saya linglung.
Terkait di
Malaysia, nampaknya saya yang bodoh
atau lugu karena tidak merespon
beberapa perhatian tertentu dari teman-teman perempuan Malaysia. Saya pun
merasa juga bahwa kami berkawan - bertukar pikiran antar 2 rumpun saja. Tidak
lebih. Ketika mendengar pemaparan tersebut, beliau dan teman-teman di ruang
kantor hanya berkata “yaaaahhh… sudah
diduga.” Namun ada hal yang membangkitkan rasa keingintahuan mereka ketika
saya bertanya sesuatu mengenai cara berkomunikasi dengan perempuan.
Semuanya diawali
ketika secara terbuka saya mengatakan sedang ada komunikasi dengan anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Entah bagaimana bisa berkomunikasi dalam beberapa waktu melalui social media. Saya add dia dan dia bertanya mengenai beberapa hal di Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (FEUI). Toh dia
juga merupakan almamater SMA dari daerah yang cukup terkenal juga di FEUI sebab
banyak kakak angkatan dia yang menjadi “pemain kunci” & “pemain di belakang
layar” pada setiap kegiatan penting akademik-sosial-politik kampus di
lingkungan FEUI.
Saya
tunjukkan percakapan diantara kami melalui fitur messaging di social media
Suasana
hening
Mencekam
dan
...
Gelak tawa
pun meledak diantara mereka ber-4. Hahahahahahahahaha…..
|| Kaku Banget. Bukan Begitu Seharusnya ||
Baik Pak
Harryadin, Mekhdi, Yugo, maupun Umam meng-amini bahwa pemilihan kata-kata, gaya
pembicaraan, pemilihan tema perbincangan, hingga cara saya salah dalam
melakukan komunikasi dengan seorang wanita. Saya tentu kurang sepakat dengan
mereka sebab saya merasa biasa saja
dalam berkomunikasi. Tidak ada yang salah. Mungkin mereka mengira saya sedang
melakukan proses pendekatan. Namun saya khawatir jika jalinan perasaan dimulai
maka akan berujung pada kekecewaan.
Saya
mencoba memahami dan mengikuti alur pikir mereka untuk membuka perbincangan
selagi mungkin ada juga timbul kesalahpahaman antara saya dengan anak FKUI kalau-kalau saya salah menempatkan diri,
terkesan sombong, atau terlalu kaku menjalin pertemanan.
Dan kuliah
umum pun dimulai…
Pak
Harryadin dan Mekhdi bergantian memberi wejangan mengenai strategi dalam
menjalin komunikasi dengan perempuan agar berujung manis pada terjalinnya
perasaan kasih sayang. Selagi Umam dan Yugo membaca mengulang-ulang percakapan
saya dengan anak FKUI di fitur messaging tersebut
dan menertawakan habis saya yang hanya bisa duduk di sofa mendengarkan kuliah
umum. Saya merangkum nasehat dari Pak Harryadin dan Mekhdi serta beberapa
tambahan dari Umam hingga Yugo ke dalam 4 poin utama, walau sejatinya saya masih
ragu untuk mempraktikkannya baik ke anak FKUI maupun ke siapapun.
1. Gunakan Bahasa Manusia
Pemilihan diksi merupakan hal yang penting saat
berbincang dengan perempuan di media sosial maupun dunia nyata. Pak Harryadin
dan Mekhdi sangat menyoroti penggunaan diksi yang berulang-ulang, monoton, dan kaku
saat berbincang dengan anak FKUI. Saya merasa tidak ada masalah namun mereka
menganggap hal tersebut salah besar. Mengapa? Sebab saya seolah-olah
menempatkan diri sebagai seorang dosen tua, berkumis, dan sedang menerima
konsutasi skripsi yang berbincang dengan objek. Beberapa kali teman dari FKUI tersebut
mencoba mencairkan suasana perbincangan dengan bahasa yang sewajarnya anak
perempuan muda-ceria-penuh optimisme namun saya (seakan-akan menurut Pak
Harryadin & Mekhdi) merespon kembali menjadi seorang dosen tua berwajah
datar yang seakan-akan sedang menerima komplain nilai UTS yang dikomplain
mahasiswanya.
Dia : Halo
Singgih. Kamu tahu tidak berita mengenai konser Linkin Park di Ancol kemarin?
Seru kan? Menurut kamu Si Tom pemain drumnya keren gak?
Saya : Betul. Kemarin seru. Kalau Tom nampaknya biasa
saja.
Dia : Nah kan.
Kamu suka nonton konser gak sih? Kalau kamu main drum, mau gak duet sama dia?
Kemarin Linkin Park baru ngeluarin album baru lho
Saya : Oh, Begitu. Kemungkinan besar mau-mau saja. Nonton
konser jarang rasanya.
2. Jaga Komunikasi
Menurut mereka, saya terlalu pasif dalam melakukan
perbincangan. Entah saya juga merasa bingung alih-alih sejatinya biasa saja. Kalau dalam berkomunikasi dengan
perempuan nampaknya sudah tersetel default
dalam memori otak saya untuk berbicara dengan gaya dan susunan diksi terbatas,
sedangkan kalau hang-out dengan teman
laki-laki mungkin akan berbeda. Saya merasa perempuan adalah makhluk yang
berbeda saja, sudah sepatutnya dihargai dan dihormati lebih. Namun mungkin cara
saya yang “berbeda” dalam menghargai-menghormati perempuan dibandingkan lelaki
normal lainnya. Tapi bukan berarti salah kan? Menurut mereka salah besar.
Sabda dari Pak Harryadin & Mekhdi & Yugo ialah
untuk membuka perbincangan maupun kalau sudah pada titik jenuh tertentu
membahas sesuatu bisa dengan menanyakan hal-hal remeh sebagai bentuk perhatian seperti kamu sedang dimanakah? kamu sudah makankah? Suka makan seafoodkah?
Pertanyaan yang dijadikan contoh oleh teman-teman
merupakan hal yang sama sekali belum bisa saya lakukan dalam kurun waktu
tertentu. Pertanyaan itu merupakan hal yang aneh rasanya (bagi saya) ketika
diucapkan dalam perbincangan.
3. Jadilah
Pendengar Yang Baik
Singgih… Ini kenapa dalam perbincangan kalian malah kamu yang jadi dominan? Ceritanya ngomongin hal-hal berat kaya begitu lagi. Emang dia tau Pak Firmanzah? Bawa-bawa Dewan Guru Besar UI ke anak FKUI apa tau dianya? Kenapa tidak kamu yang tanya tentang kehidupan kampus di kedokteran, tentang studi disana, dll.
Pak Harryadin bertanya dan saya menjawab dengan datar
bahwa sebagai seorang yang ditanya maka akan sopan rasanya jika kita menjawab
dengan komperehensif. Dan buru-buru beliau menjawab kembali bahwa seharusnya
sebagai seorang lelaki tidak terlalu banyak menjelaskan dalam kondisi tertentu
melainkan bertanya berbagai hal dan menjadi pendengar yang baik bagi seorang
perempuan yang bisa bercerita banyak. Saya hanya bisa mengangguk. Suasana di
ruangan mendadak pilu.
4. Pertemuan
Perdana
Nih Gih…
Ini kan jarak masih dekat nih dari Depok ke Salemba. Coba lw ajak ngobrol dia
Gih. Cerita tentang kegiatan lw ngebantu di MM FEUI. Ntar kan pas jam makan
siang bisa ketemuan di kantin FKUI. Ah elah lo Bang, bikin gue kesel aja. Gimana
sih si kanda ini. Nanti kan bisa ngobrol dulu aja. Santai. Kalau gak jodoh ya
gak apa apa, Gih, yang penting kan ketemuan dulu. Kenalan langsung.
Menurut saya ini level tertinggi dalam hubungan yang
dimulai dari sebuah perbincangan. Perkenalan langsung. Namun saya merasa
menjadi inferior. Nampak ada yang salah. Sesatir hingga sesemangat apapun
mereka melontarkan dukungan, nampaknya masih membutuhkan beberapa waktu lagi
untuk lepas dari masa lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar