Pk 20.10,
3 Maret 2017
Kinerja Terburuk
|| Sama Sekali Bukan Yang Dibayangkan ||
Sebenarnya saya malas
menulis sesuatu jika saya tidak mendapat asupan pengetahuan tambahan dari
berbagai bahan bacaan sebelumnya, entah itu dari novel, majalah, atau bahkan
manga. Namun kali ini rasanya tidak tahan untuk mengeluarkan apa yang sedang
dirasakan, dipikirkan, atau bahkan memang sebuah kenyataan.
Kondisi saat ini sama
sekali keadaan yang sama sekali dari bayangan kinerja ideal yang saya harapkan.
Jika dapat menilai diri sendiri (karena alat ukur kinerja perusahaan tidak
dapat dikatakan ideal) maka saya berada dalam
kondisi yang terburuk.
Parameternya mudah,
pekerjaan jadi menumpuk karena kesalahan menset prioritas, terlalu berpikir
perfeksionis hingga lama (atau bahkan tidak mampu) membuat keputusan, kesulitas
mengejar ritme perusahaan yang fluktuatif. Bukannya berlebihan, namun rasanya
Allah SWT menjawab berbagai doa yang dilontarkan sekitar (tepat) 2 tahun lalu,
saat kekecewaan itu menjalar hingga urat nadi & desiran keputusasaan terasa
di dalam darah.
Pada sebuah doa yang dirapalkan
pada diamnya malam,
“Ya Rabb, apakah ini keputusan terbaik-Mu?”
Kalimat tersebut merasuk
ke dalam otak untuk bekerja lebih cepat dalam menggugat Tuhan dengan membuat
pertanyaan yang beranak-pinak, serasa menantang bahwa penempataan yang diberikanNya
akan mampu diatasi, berbeda ketika berada dalam sebuah lembaga negara lain. Sombong.
Kinerja 1 minggu ini
benar-benar buruk, entah rekan kerja saya merasakan keburukannya atau tidak,
namun dengan gaya seperti ini maka pengejaran ketertinggalan pencapaian
teman-teman yang dulu pernah seangkatan di masa kampus hanya omong kosong
imajinasi belaka.
Sebenarnya dalam setiap
permasalahan yang timbul, saya rasanya dapat menganalisa bagaimana step by step hal ini untuk diatasi namun
dalam kinerja operasionalnya (mungkin karena menggampangkan) jadinya
menghasilkan sesuatu yang tertinggal di perencanaan bagian otak tengah dan
tidak terealisasikan.
Jika sampai hal ini
terus berlanjut, maka turning point yang
pernah diinginkan dan dicapai pada tahun 2015 akan menjadi sia-sia. Rasa-rasanya
saya ingin berdoa kepada Tuhan YME untuk terus diberi kesulitan &
kekecewaan sebagaimana 2014-2015 kala, sehingga dapat memahami bagaimana untuk
tunduk padaNya. Berbagai kemudahan yang didapatkan malah membuat terjerumus ke
dalam kondisi yang stagnan. Ini gila. Kalau dulu saya pernah mengekspresikan
sebuah rasa (keterpurukan) menjadi kata (kesendirian) sesuai tulisan disini,
maka kali ini saya jatuh akibat rasa nyaman, kali ini Allah SWT menjawab doa
denngan memberikan kemudahan yang melenakan. Sesuatu yang saat didapatk menjadi
lebih berbahaya saat masih dicari, karena tusukan dari belakang sulit
diantisipasi dibandingkan tantangan yang muncul dari depan.
Jika hal ini diteruskan maka tidak akan pernah ada kata "Menjadi Pemimpin" dalam diri saya selama berada di BUMN ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar