|| 2015 - Juli - 8 || #NewLife, Cantik

Pk 10.19, 8 Juli 2015
Cantik (?)







Terlalu banyak kebosanan di dalam ruang kerja membuat saya berinisiatif keluar mengajak rekan kerja (seorang perempuan) untuk mengembalikan formulir pendaftaran keanggotaan ke koperasi perusahaan yang berada di luar area kantor walau jam digital di pergelangan tangan kiri saya masih menunjukkan pk 08.47.

Ya.
Saya menyebutnya “luar area kantor” karena memang harus melewati ketatnya penjagaan gerbang perusahaan & harus membawa kartu sakti yang ditandatangani atasan untuk dapat diizinkan keluar area perusahaan oleh petugas keamanan.

Dalam perjalanan menuju gerbang,
Keluarlah seorang perempuan berjilbab dari ruangan yang berbeda dari ruangan kami, dari divisi atau departemen yang berbeda. Saya tidak terlalu memperhatikannya, terbalik dengan rekan kerja saya yang melihatnya dengan penuh seksama & kekaguman. Dia berjalan duluan dibandingkan kami dengan langkah agak terburu-buru.

“cantik ya, Gih?” tiba-tiba rekan kerja saya melontarkan pertanyaan ke saya
“menurut kamu cantik kan kan, Gih?” lanjut rekan saya menodongkan pertanyaan serupa

“Hm… Bagaimana ya.” respon saya dengan pelan
“Menurut saya biasa saja…” timpal saya menjelaskan lebih lanjut

“Lho.. Kamu ini gimana sih Gih, banyak lho angkatan kita yang bilang dia cantik, dia mantan Duta Perusahaan lho Gih” rekan saya terus saja berpromosi


“Oh.. Dia itu yang ramai dibicarakan di grup whatsapp ya?”, tanya saya penasaran.
“Iya, betul, dulu dia tidak berjilbab tapi sekarang sudah berjilbab. Masa kamu bilang dia tidak cantik sih. Kamu ini gimana? Kamu masih normal kan?”, balas rekan kerja saya

Rekan kerja saya ini memang “egois” untuk urusan fashion atau penampilan, berbanding terbalik 180’ dengan saya yang nampaknya cuek dengan hal-hal tersebut. Saya punya pendapat sendiri terkait dengan kecantikan sebelum dia menuduh saya yang aneh-aneh.

Sembari menengadahkan kedua tangan ke belakang kepala & memandang langit, saya berujar

“Kamu sadar tidak, di kota Jakarta ini, dari mulai di busway sampai di KCL, di jalan-jalan protokol, di bus APTB yang sering kamu tumpangi, di mall-mall apalagi, sudah terlalu banyak wanita cantik hingga kita sangat sulit membedakannya. Semua hampir seragam tidak ada diferensiasi yang nyata terlihat, terlebih ketika fashion hijab menjamur.

Ya kalau semuanya cantik memang cantik menurut saya namun saya tidak mau melemparkan pernyataan secara langsung tanpa mengetahui lebih dalam”.

Dan rekan kerja saya pun hanya mengiyakan sembari saya tetap melihat ke arah langit.
Sebenarnya saya (dalam kondisi tertentu) paling suka “memanas-manasi” orang yang memiliki perbedaan pendapat dengan saya untuk melihat bagaimana dia menyesuaikan diri dengan lawan bicaranya namun untuk urusan/pendapat mengenai Cantik ini saya pasif, karena akhir-akhir ini saya lebih memilih banyak menulis dibanding banyak bicara.

Wajar.
Siapa yang tidak ingin memiliki pasangan yang ganteng atau cantik dimana atribut sebuah produk memiliki peranan penting dalam tahapan Attention sebagai langkah pertama dari konsep AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) ketika ingin membeli produk. Namun selayaknya produk maka atribut bukanlah hal utama untuk membentuk trust atau loyalty karena terikat oleh dimensi waktu dan ketika ingin dipertahankan maka dipoles terus menerus hingga terkadang bukan menjadi jati diri produk aslinya.

Bayangkan orang-orang yang membeli motor untuk kemudian dimodifikasi hingga menghabiskan banyak uang dan tidak pernah puas dengan hasil modifikasi hingga buktikan deh bahwa orang-orang tersebut dalam jangka waktu pendek-menengah akan menjualnya.

Mirip seperti dalam konteks ke-cantik-an bagi wanita,
Ketika saya melihat seorang wanita berhijab yang ditunjuk oleh rekan kerja saya, bukannya saya mengatakan bahwa dia tidak cantik namun saya menilai bahwa wanita tersebut sudah tidak ada diferensiasinya lagi dengan perempuan lain secara kasat mata sehingga tidak dapat menarik attention dalam jangka panjang.

“Aku ingin jatuh cinta bukan hanya dengan rambut kamu, bukan dengan hidung, mata, lesung pipi, bibir, alis, dagu kamu namun aku ingin jatuh ke dalam cintamu tanpa ada sekat kepalsuan yang bisa menjadi penghalang membentuk kehidupan madani”


Atau mungkin yang paling membuat signifikansi dalam tingkatan diferensiasi wanita adalah 
Apakah dia fans Manchester United atau bukan xp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar