Pk
16.46, Kamis 24 Maret 2016
Analisis
“What If & 5W”
“Singgih…
Saya ini sebelum masuk ke perusahaan ini sebelumnya berada di perusahaan yang
mungkin memiliki nilai valuasi 10x hingga 20x lipat dibanding sekarang.
Saya
diajari betul sejak awal bahwa dalam sebuah pengambilan keputusan maupun
menganalisa sesuatu, segalanya memerlukan prinsip What If yaitu apa yang terjadi jika, bagaimana keetika, berapa dan
sebesar apa, yang mana kesemuanya tersebut terangkum juga dalam konsep pola
pikir 5W.
Sebagai
sarjana yang S1 maupun S2 tentu kita sama-sama pernah membuat sebuah karya
ilmiah yangmana diperlukan sebuah landasan berpikir yang runut, dengan
referensi data yang valid, memiliki bukti analisa yang jelas, dsb. Hal ini pun
persis dalam sebuah proses pengambilan keputusan di perusahaan.”
Saat ini saya sedang “membantu”
menangani suatu amanah dan atau dapat dikatakan proyek di perusahaan ini
sebagai bagian dari pihak Perencanaan Strategi Perusahaan & Manajemen
Resiko. Amanah ini diserahkan dengan begitu cepat melalui penunjukan langsung
sejak awal Desember 2015. Amanah yang sejatinya sudah dimulai tim
pendahulu semenjak tahun 2014 namun belum terselesaikan hingga saat ini karena
1 dan lain hal.
Namun dari amanah ini saya mendapatkan banyak
sekali arti penjagaan komunikasi antar pihak yang bersangkutan maupun
berkeputusan dalam proses pengambilan keputusan.
Belajar mengenai aspek hukum yayasan
hingga dana pensiun, aspek keuangan untuk likuidasi, aspek SDM terhadap para
pekerja aktif maupun pensiun, maupun mengambil irisan yang mungkin saja ada dalam setiap perbedaan sudut
pandang masing-masing aspek tersebut ketika dibutuhkan suatu pengambilan
keputusan.
Sayangnya saya masuk pada bagian atau
mungkin dapat dikatakan tahap ke-4 dari 5 tahap secara keseluruhan dan masuk
dalam sitasi panas untuk segera diambil keputusan strategis. Saya yang awalnya
hanya sekedar menjadi “juru catat” saja pada akhirnya benar-benar terlibat dan
mengomunikasikan setiap hal kepada atasan yang terlibat. Mungkin sudah nasibnya
saya menjadi “samsak hidup” tempat dimana muara curahan ketidaksetujuan dan
kejengkelan beberapa kali ditujukan ke saya, Hehehe… Namun saya mengambil hikmah positif tentunya.
Saya baru saja berdiskusi dengan atasan
yang berperan besar pasca keputusan ini akan disetujui. Namun saya pribadi
berada dalam level kekhawatiran yang tinggi mengingat belum menguasai seutuhnya
resiko lain yang dapat timbul pasca keputusan ini diambil.
Jika dipikirkan secara mendalam, proses
menuju keputusan ini tidak dapat dikatakan sebentar yaitu sudah 2 tahun namun
mengapa berbagai permasalahan yang timbul muncul di saat injury time? Apakah selama ini tidak ada jalinan komunikasi yang
baik antar pihak yang terlibat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar