|| 2012 - Oktober - 1 || Kisah Bedu : Surat untuk Tuhan




Kisah Bedu : Surat untuk Tuhan

Nomor              : 18.52/PM/06/JULY/2011
Lampiran          : Seuntai doa
Perihal              : Permohonan salam dan doa

Kepada Yth
Sang Penggengam Kehidupan,
Aku tahu, hampir setiap hari engkau beserta prajurit surgaMu menatap dunia, melihat tingkah laku setiap ciptaan sempurnaMu. Salah satu prajuritMu selalu siap dengan pencabut nyawa dalam raga individu, entah memakai kekuatan apa sehingga setiap manusia akan merasakan pertemuanMu dengan akumulasi amalan serta dosanya yang akan menentukan rasa perih atau bahagia bertemu denganMu.

Maaf jika aku lancang wahai Pencipta Segala Keputusan,
Mungkin sebaiknya aku memperkenalkan diri agar tak diusir oleh prajuritMu dari tempat paling suci disisiMu. Orang-orang biasa memanggilku dengan sebutan Bedu, entah apa artinya. Aku banyak sekali mempunyai seorang teman hingga aku terlupa apa yang telah mereka lakukan padaku. Persis seperti terlalu banyaknya keputusanMu yang selalu membuatku beruntung di dunia tetapi hampir aku lupakan karena bergeser konsentrasi ini dengan segala rutinitasku.

Tahukah wahai Penerang Malam,
Di hari Minggu ini, tepatnya tanggal 3 Juli 2011, aku menerima pesan dari salah seorang temanku, pesan yang akan kuingat, bukan karena beritanya, tetapi tentang apa yang teman dari temanku alami. Sebuah pengingat bahwa suatu saat aku akan berjumpa denganMu, bukan untuk bertamasya bersama, tetapi untuk saling bertanya, apa yang aku lakukan dengan segala pemberianMu.

Kalau tidak salah nama temannya temanku itu (Alm.) Nur Fidini, mungkin aku tak kenal banyak tentang dia, hanya sekedar senyuman kemenangan atas peraihan Peserta Terbaik UI-SDP 2010 yang aku tahu dan masih ditambah dari artikel yang masuk ke Koran nasional! Hebatkan? Selama 2-3 hari semenjak berita tersebut, aku selalu melihat doanya bertaburan di ruang multimedia social ini. Iri aku dibuatnya! Tapi tak apalah, aku tahu bahwa manusia itu akan menuai apa yang ia tanam.

Wahai sang Pencipta 2 Dunia,
Sampaikan salamku padanya ya! Aku merasa bersalah dengan tak datang untuk melihat keadaanya saat ia terbaring menunggu keputusanMu, saat ia tak bisa menatap dunia ciptaanMu yang mampu menenggelamkan segala sujud syukurku., saat ia hanya bisa terpejam lalu mengingat segala perbuatan amalnya, bukan tak mungkin bahwa aku akan mengalaminya suatu saat. Tapi tahukah wahay Arsitek Terbaik Dunia? Aku tahu bahwa ia akan tersenyum disana, menunggu dipersimpangan untuk menjemput segala amalnya di dunia ciptaanMu.

Hm, sepertinya ini akan menjadi penghujung kata dalam surat ini.
Aku ingin menutup suratku untukMu dengan syair dari kawanku.....


Serahkan, ikhlaskan, pasrahkanlah hanya kepada-Nya
Cinta-Nya adalah jawaban-Nya,
karena Tuhanlah Maha Cinta

Ttd,
Bedu bin Debu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar