|| 2019 - Februari - 12 || #Ngigalau, Kepribadian Ganda


Pk 15.24, 12 Februari 2019
Kepribadian Ganda




  


|| Sapaan Kekaguman ||
Pada suatu sore, ada percakapan yang mengusik telinga gw,
“…Gila… itu meja siapa? Rapih & tertata banget, klo gw mindahin sedikit aja pola barang-barang di meja itu pasti pemiliknya tau ya…”, ungkap seorang perempuan muda ceria kepada teman lelakinya, di suatu ruang tua. Si lelaki tersenyum lebar dan berujar ke saya,”Pak.. diomongin itu meja punya Bapak…”, dan disahut oleh si perempuan muda, “oh, itu punya Mas Singgih ya, keren banget rapih begitu, aku mau tu belajar bisa kaya gitu,” dan gw pun membalas senyuman mereka berdua dengan secukupnya.

Dalam beberapa hal, gw pun mengagumi “keanehan” dalam diri gw terhadap hal itu, agar segalanya bisa perfeksionis dan konsekuensinya adalah attention to detail gw termasuk golongan orang-orang yang istiqomah. Ini kadang membebani gw sebenarnya, bahwa tipe orang kaya gw sulit buat ngelangkahin sesuatu yang langkah sebelumnya belum comply. Tapi tipe kaya gini biasanya disukain sama gaya kantoran yang tugasnya menyelidik dan mengungkap karena tipe perfeksionis ini sulit banget dilawan ketika ada hal-hal yang menurut dia (dan ataupun memang tidak seharusnya) kurang pas.

Kalau diurut dari juntrungannya pun ga ada background kerapihan dan kesempurnaan dalam diri keluarga gw, wabil khusus ayah-ibu gw, rumah berantakan banget, hahaha… dan disaat itulah gw “tergoda” untuk merapihkannya bahkan hingga harus simetris. Kan gila!


|| 2018 - Juni - 15 || #UjianTuhan, Arti Keluarga


Pk 00.30, 15 Juni 2018
Arti Keluarga






|| Keahlian yang Telah Lama Hilang ||
Dulu saat kuliah di tahun pertama hingga terakhir, saya menganggap bahwa menulis adalah sebuah keahlian yang patut dibanggakan, ketika mampu menerjemahkan rangkaian imajinasi di dalam benak hingga menguraikan struktur kalimat yang mudah dipahami oleh pembaca, tentu akan lebih bahagia ketika pembaca memahami makna imaji kita dan menerapkan ke dalam aktivitas personal. Begitu intim rasanya.

Namun hal tersebut rasanya benar-benar luntur di dalam diri, tercatat 1 tahun lalu saya menulis di blog ini. Pasti ada sebab musababnya, salah satunya adalah dalam 1 tahun ini jumlah buku yang saya baca dan selesaikan tidak lebih dari jumlah jari di dalam 1 tangan. Membaca adalah asupan nutrisi bagi imajinasi dalam kerangka berpikir dan menulis. Ketika jarang membaca maka diri akan membuat limitasi yang tidak mampu mengolah kata.

Dan sebagaimana tulisan 1 tahun lalu, tulisan ini pun dipicu oleh sebuah kegelisahan, kekhawatiran, dan rasa takut yang secara terstruktur hingga di hati. Sebuah pertanda yang bisa menjadi pengingat atau sekedar lewat saja di dalam hati.