|| 2012 - November - 30 || #menujuMesir, Kita Tak Pernah Tahu Apa Yang Tuhan Mau [Part 1]


Pk 16.19, 30 November 2012
#menujuMesir, Kita Tak Pernah Tahu Apa Yang Tuhan Mau [Part 1]


“Allah tidak akan merubah suatu kaum hingga mereka merubah nasibnya sendiri”


Ayat diatas adalah ayat yang secara tiba-tiba muncul dalam otak yang penuh dengan imajinasi lumpur ini. Entah mengapa. Walaupun memang bahasa Arabnya saya tidak hapal, Hahaha… Namun akhir-akhir ini ayat tersebut menjadi begitu bermakna, dengan 1 ayat pasang lagi yang akan saya tuliskan dalam akhir tulisan ini.

Semester ini merupakan pergulatan perubahan diri yang saya lakukan. Hal-hal yang seharusnya dapat dicapai di semester 3 hingga 6 malah dikejar di semester yang seharusnya sudah dapat berhadapan dengan dunia nyata. Sebut saja KonferensiLomba Nasional, atau Bisnis Profit atau bahkanSocial Movement wabil khusus Socioentrepreneurship. Saya sadar pada 1 titik ketika terlalu lama melangkah atau terlalu lelah berjalan namun apa yang didapat belum sesuai apa yang dikorbankan, maka berhentilah di saat itu juga. Pasti ada hal yang salah.

Refleksi yang dilakukan pada berjalannya semester 9 ini terakumulasikan menjadi 1 keputusan penting, yang mana terjadi akibat perbincangan bersama warga Bikini Bottom :


Mr “Haryo” Crab
“ Gih, ga mungkin lah mahasiswa itu ga bisa mencapai kesempurnaan dalam keseimbangan prestasi serta kontribusi. Lw mau bukti? Itu Bg Shofwan Al Banna dah jadi ketua DPM UI, IPK Cumlaude, plus dapet beasiswa S2 ke Jepang pula”, dan ekspresi gw dalem hati adalah “kampretos domestos nomose!”
[ Perbincangan Sebelum Mulai Semester 9, Bus menuju Jakarta dari Semarang]


The Mermaid “Fadel” Man
“ Coy, sulit lah buat mahasiswa sekarang ini buat mengejar semuanya, lw harus fokus Gih, buat pilihan penting, kapasitas waktu mahasiswa kadang atau sering ga bisa ngejar semua”, dan dalem hati, gw berkata “Plesetan !”
[ Perbincangan ketika dia membuka aib nilai UTS OI gw ]


Jujur, omongan Mermaid Man adalah sebuah Kontemplasi Diri tentang arah hidup saya yang ga jelas selama 7 semester ke belakang, memang ko saya yang salah karena terlalu tidak peduli dengan nilai intrinsik diri, sehingga terlalu terpengaruhi oleh pergaulan yang labil. Sedangkan Mr. Crab cukup melecut agar mampu Mengubah Diri walau hanya 2 semester yang dimiliki.

Dan hanya 1 ranah lagi yang belum saya jamah dari semua list keinginan dan jalan kesempatan untuk membanggakan orang tua, sebuah jalan untuk leluar dari tempurung, sebuah pembelajaran sampai ke negeri seberang, Konferensi Luar Negeri !
[jeng... jeng... jeng... *terdengar Suara Terompah Perang The Lord of The Rings]

Ini pula yang melatar-belakangi saya untuk menjejakkan kaki di #3Benua sebelum saya di wisuda dengan toga makara Abu. Saya ingin membuat bangga orang tua, bisa ke luar negeri untuk membuat prestasi, bisa mandiri dengan biaya usaha sponsor sendiri, bisa presentasi dengan ide yang sesuai dengan potensi diri.

Target pertama adalah Benua Afrika dengan tujuan bertemu Anna Altafunnisa, menjejakkan kaki diMesir. Melalui 3rd Global Islamic Marketing Awards maka saya bersama Endah membawa paper tentang Konsep Kemenangan Pemasaran Produk Kosmetik Islami di Indonesia dan berhasil masuk Nominee of Best Student Paper Award. Nih kalo ga percaya saya upload Official Acceptance Letter ----->  http://upload.ui.ac.id/index.php?action=d&step=3

Alhamdulillah, sebuah kebanggan merasuk dalam diri ini ketika kesempatan membuat bangga orang tua terbuka lebar, namun dalam tempo beberapa hari BERUBAH menjadi kesedihan, mungkin bisa menjadi kosakata kehilangan kesempatan ketika usaha untuk mencapai Bumi KinanahMu mencapai jalan buntu, sampai tanggal ini, hari ini, detik ini ketika kata demi kata dirangkai menjadi kalimat harapan dan kecewa

Faktor pendanaan menjadi variabel penting. Saya sudah berusaha mendekati perusahaan yang potensial namun belum ada kabar. Sebenarnya pembayaran terakhir adalah 25 November 2012, namun saya berhasil menegosiasikan pembayaran menjadi tanggal 3 Desember 2012 atau hari Senin esok. Mungkin hanya Tangan Tuhan atau sebuah keajaiban untuk mendapatkan uang pendaftaran dan menjejakkan kaki di tempat terdekat ke Palestina.

Hanya ada 1 Kalimat Tuhan yang bisa menjadi pelipur lara di saat ini :

“Allah tidak akan membebani suatu kaum melebih kemampuannya”

|| 2012 - November - 28 || Ingin Menjadi Dewasa atau Tua [Tumben Tulisan Gw Serius]

Pk 16.54, 28 November 2012
Ingin Menjadi Dewasa atau Tua [Tumben Tulisan Gw Serius]

terdengar lagu Someone Like You [Accoustic version] by Sungha-Jung






Hhh... Sudah lama rasanya tak menulis lelucon sesuai nama blog ini, Hahaha... Mungkin karena pengaruh bacaan dari Raditya Dika dan Shitlicious yang sudah mulai berkurang, tak apa lah, toh masih ada berbagai kejadian hidup yang mungkin lucu jika diframekan ke dalam Televisi, karena dunia ini tak ubahnya seperti drama yang penung dengan kepentingan dan topeng, beda dengan akhirat yang menjadi kehidupan sebenarnya

Pagi ini,
Gw diajak sama Ibu untuk periksa gigi ke Dokter Gigi TNI-AD di wilayah Bearland, bukan tanpa alasan Ibu gw nyuruh ke dokter Gigi, karena di setiap malam, dekat jendela kamar, Ibu gw sering mendengar orang berteriak frustasi minta tolong dari lubang mulut gw, entah itu halusinasi ibu gw semata atau memang ada orang yg terserap ke dalam black hole mulut gw.

Gw diajak naik angkot, wah tumben2nya kan, biasanya naik Hammer gitu [ya, memang, bukan Hummer], sambil megang pecutan. Selesai naik angkot ke Terminal Pinang Ranti maka gw naik kendaran sejuta umat yang menjadi idaman para komuter Jakarta : Transjakarta, terlalu banyak rasanya orang2 dalam 1 bus, ada yang nunggu di halte, pakai kemeja formal, ada yang berdiri di bus, pakai celana pendek, ada yang mendengarkan musik pakai earphone, semua sibuk, dan mungkin tidak saling menyapa. Sepanjang perjalanan gw memperhatikan aktivitas orang2 yang jarang gw perhatikan pas lagi di kampus.

“oh, ternyata ini toh dunia sebenarnya”
Gumam gw dalam mulut

Gw mandang mereka, cukup lama, para orang2 di dalam Transjakarta, kadang gw berpikir dan bertanya dalam hati, umur terus menerus bertambah, ga ada yang tahu sampai kapan detak jantung sama nafas ini berhenti.

“Apakah gw akan seperti kebanyakan manusia Jakarta ya?”

Yang berangkat sebelum matahari terbit, sebelum anak kita kelak nanti bangun untuk shalat Shubuh Berjamaah sama orang tuanya, yang pulang di kala malam, lusuh dengan pakaian penuh peluh, lelah dengan aktivitas pekerjaan, dan sampai di rumah ketika anak kita pun telah menutup mata tanda terlelap. Semua dianggap normal, berjalan dengan kenyamanan, seakan-akan tidak ada yang salah.

Hingga suatu saat, kita menyadari umur ini sudah semakin bertambah, kerja keras kita telah mampu untuk menumpuk harta, teman-teman tersenyum dengan goresan kepentingan semata, dan kita tak pernah menjadi Dewasa untuk saling peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita.

|| 2012 - November - 27 || Pagi ini, Ada yang Berbeda dari Bertengkar dengan Ibu


Pk 09.13, 27 November 2012
Pagi ini, Ada yang Berbeda dari Bertengkar dengan Ibu




Lagi dan lagi, bukan untuk membuka aib atau luka, namun hanya ingin berbagi, tentang rasa ego, tentang hasrat untuk memaksa. Lagi dan lagi, di pagi ini, Gw cukup bertengkar sedikit hebat dengan Ibu, orang yang merawat semenjak masih berupa molekul di dalam perut beliau, orang yang selalu membuatkan susu walau gw ga minta, sosok yang selalu menelpon di manapun dan kapanpun bukan untuk memanjakan, namun tersimpan rasa kekhawatiran terhadap diri gw...


Tulisan ini gw persembahkan buat Ibu gw yang mungkin ga akan tahu tentang tulisan ini, namun biarkanlah Tuhan yang menyampaikan rasa cinta gw terhadap beliau, dalam bentuk keberkahan di setiap langkahnya mencari rezeki untuk membiayai ke-3 anaknya yang Insha Allah akan berbakti untuk beliau


Pagi ini, sebelum gw melangkahkan kaki ke kampus, gw langsung bercerita tentang keinginan ke Mesir dalam mengikuti 3rd Global Islamic Marketing Conference, namun beliau langsung menolak, tegas, dan ngebuat diri gw langsung cukup emosi, gw kurang tahu apa alasannya namun gw langsung menjudge kurang berbaik sangka terhadap ibu sendiri, masha allah, gw mencoba lari dari kenyataan dengan menjauhkan diri dari ibu gw, menyendiri, dan merenungi kira-kira apa yang salah sama gw.


Percayalah, dalam alam bawah sadar gw, di saat menyendiri, itulah pertarungan antara bisikan setan dengan rasa kemanusiaan yang Tuhan tanamkan mutlak pada diri kita.

Setiap doa, rasa kecewa, kebanggan, kesedihan, keinginan, serta penolakan keinginan Orang Tua kita terhadap diri kita pasti Allah akan memainkan andil besar. Karena sadarilah bahwa Surga itu Di bawah Telapak Kaki Ibu


Gw udah terlalu banyak menghindar, terlalu lama tidak ingin mendengarkan, terlalu besar kekecewaan tanpa jelas terhadap setiap keputusan Ibu gw yang gw selalu bicara atau ngobrol dengan sedikit dengan beliau hingga menjadi prasangka yang kurang baik. Dan pagi ini, udah saatnya, ga zamannya lagi perilaku lw setiap bertengkar dengan ibu malah kaya sinetron di Indosiar yang malah kabur naik Naga terbang lalu nangis di udara, atau malah hampa memandang danau kosong lalu berbicara kepada ibu peri. BIG NO!


Apa yang lw lakukan saat ini adalah miniatur lw di masa depan, Jika lw ingin mempunyai istri yang baik dan sholehah maka berbaktilah pada Ibu. Jika lw mau punya anak yang nurut sama orang tua maka berbaktilah sama Ibu-bapak. Jika lw pengin punya naga, mendingan lw ikut casting di sinetron Indosiar.


Bismillah,
Gw mendinginkan hati, memanggil nama Ibu, dan kami coba duduk berdua di meja makan, Gw coba ceritakan apa yang menjadi kesalahan gw selama ini, apa yang menjadi impian gw untuk buat bangga ibu dan bapak gw, apa yang menjadi latar belakang mengapa gw ingin menjelajah 3 Benua sebelum keluar dari FEUI, mengapa gw kesulitan ketika mengikuti proses belajar di FEUI ini,


Dan Ibu pun menceritakan hal yang sama, tentang apa impian beliau terhadap gw, tentang apa yang beliau takutkan dengan Masa Akhir Drop-Out kuliah gw, tentang kekhawatiran beliau tentang nasib gw di masa depan, [mengingatkan kembali] tentang betapa sulitnya pendidikan Ibu gw di masa kecil, tentang cueknya gw tiap ibu gw sms atau telpon sama gw.


Demi Allah, Hampir menetes air mata ini setiap ibu gw cerita tentang hal-hal diatas. Sungguh, rasanya, gw telah dzalim dengan perasaan dan hati ibu gw, sungguh telah ingkar rasanya terhadap apa yang Ibu gw inginkan terhadap gw. Masha Allah


Kadang gw berpikir, dan ini akumulasi memang, ketika lw seringkali bergabung dalam kepanitiaan atau organisasi, berbagai kesibukan lw tolerir, berbagai masalah internal lw coba atasi, dengan kumpul bareng, dengan ngobrol bareng, memasang muka seolah-olah menjadi makhluk paling bijaksana dengan mendengarkan setiap curhatan teman, setiap omelan teman terhadap kita.


Namun, pernah ga ketika lw coba duduk bareng dengan orang tua lw, turunin ego lw, ngobrol dengan senyum keikhlasan, dari hati-ke-hati, tahu apa yang dulu orang tua lw lakukan hingga lw bisa memegang PC atau laptop lalu menbaca tulisan ini. Berapa banyak keringat yang udah Ibu-Bapak lw lakukan demi kenikmatan yang jarang lw [mau] rasakan dan mengucapkan dengan senyum paling ikhlas nan cerah : “Terima kasih ya Mah, Bu, Pak, Pah, Yah, dsb”

Percayalah keadaan terbaik itu bukan ketika lw merasakan kesuksesan dengan memberikan segala harta benda ke orang tua lw, itu sebatas hadiah, karena akan jauh lebih berharga ketika lw memahami apa yang udah orang tua lakukan ama lw hingga lw mampu membaca tulisan ini :)