|| 2012 - November - 27 || Pagi ini, Ada yang Berbeda dari Bertengkar dengan Ibu


Pk 09.13, 27 November 2012
Pagi ini, Ada yang Berbeda dari Bertengkar dengan Ibu




Lagi dan lagi, bukan untuk membuka aib atau luka, namun hanya ingin berbagi, tentang rasa ego, tentang hasrat untuk memaksa. Lagi dan lagi, di pagi ini, Gw cukup bertengkar sedikit hebat dengan Ibu, orang yang merawat semenjak masih berupa molekul di dalam perut beliau, orang yang selalu membuatkan susu walau gw ga minta, sosok yang selalu menelpon di manapun dan kapanpun bukan untuk memanjakan, namun tersimpan rasa kekhawatiran terhadap diri gw...


Tulisan ini gw persembahkan buat Ibu gw yang mungkin ga akan tahu tentang tulisan ini, namun biarkanlah Tuhan yang menyampaikan rasa cinta gw terhadap beliau, dalam bentuk keberkahan di setiap langkahnya mencari rezeki untuk membiayai ke-3 anaknya yang Insha Allah akan berbakti untuk beliau


Pagi ini, sebelum gw melangkahkan kaki ke kampus, gw langsung bercerita tentang keinginan ke Mesir dalam mengikuti 3rd Global Islamic Marketing Conference, namun beliau langsung menolak, tegas, dan ngebuat diri gw langsung cukup emosi, gw kurang tahu apa alasannya namun gw langsung menjudge kurang berbaik sangka terhadap ibu sendiri, masha allah, gw mencoba lari dari kenyataan dengan menjauhkan diri dari ibu gw, menyendiri, dan merenungi kira-kira apa yang salah sama gw.


Percayalah, dalam alam bawah sadar gw, di saat menyendiri, itulah pertarungan antara bisikan setan dengan rasa kemanusiaan yang Tuhan tanamkan mutlak pada diri kita.

Setiap doa, rasa kecewa, kebanggan, kesedihan, keinginan, serta penolakan keinginan Orang Tua kita terhadap diri kita pasti Allah akan memainkan andil besar. Karena sadarilah bahwa Surga itu Di bawah Telapak Kaki Ibu


Gw udah terlalu banyak menghindar, terlalu lama tidak ingin mendengarkan, terlalu besar kekecewaan tanpa jelas terhadap setiap keputusan Ibu gw yang gw selalu bicara atau ngobrol dengan sedikit dengan beliau hingga menjadi prasangka yang kurang baik. Dan pagi ini, udah saatnya, ga zamannya lagi perilaku lw setiap bertengkar dengan ibu malah kaya sinetron di Indosiar yang malah kabur naik Naga terbang lalu nangis di udara, atau malah hampa memandang danau kosong lalu berbicara kepada ibu peri. BIG NO!


Apa yang lw lakukan saat ini adalah miniatur lw di masa depan, Jika lw ingin mempunyai istri yang baik dan sholehah maka berbaktilah pada Ibu. Jika lw mau punya anak yang nurut sama orang tua maka berbaktilah sama Ibu-bapak. Jika lw pengin punya naga, mendingan lw ikut casting di sinetron Indosiar.


Bismillah,
Gw mendinginkan hati, memanggil nama Ibu, dan kami coba duduk berdua di meja makan, Gw coba ceritakan apa yang menjadi kesalahan gw selama ini, apa yang menjadi impian gw untuk buat bangga ibu dan bapak gw, apa yang menjadi latar belakang mengapa gw ingin menjelajah 3 Benua sebelum keluar dari FEUI, mengapa gw kesulitan ketika mengikuti proses belajar di FEUI ini,


Dan Ibu pun menceritakan hal yang sama, tentang apa impian beliau terhadap gw, tentang apa yang beliau takutkan dengan Masa Akhir Drop-Out kuliah gw, tentang kekhawatiran beliau tentang nasib gw di masa depan, [mengingatkan kembali] tentang betapa sulitnya pendidikan Ibu gw di masa kecil, tentang cueknya gw tiap ibu gw sms atau telpon sama gw.


Demi Allah, Hampir menetes air mata ini setiap ibu gw cerita tentang hal-hal diatas. Sungguh, rasanya, gw telah dzalim dengan perasaan dan hati ibu gw, sungguh telah ingkar rasanya terhadap apa yang Ibu gw inginkan terhadap gw. Masha Allah


Kadang gw berpikir, dan ini akumulasi memang, ketika lw seringkali bergabung dalam kepanitiaan atau organisasi, berbagai kesibukan lw tolerir, berbagai masalah internal lw coba atasi, dengan kumpul bareng, dengan ngobrol bareng, memasang muka seolah-olah menjadi makhluk paling bijaksana dengan mendengarkan setiap curhatan teman, setiap omelan teman terhadap kita.


Namun, pernah ga ketika lw coba duduk bareng dengan orang tua lw, turunin ego lw, ngobrol dengan senyum keikhlasan, dari hati-ke-hati, tahu apa yang dulu orang tua lw lakukan hingga lw bisa memegang PC atau laptop lalu menbaca tulisan ini. Berapa banyak keringat yang udah Ibu-Bapak lw lakukan demi kenikmatan yang jarang lw [mau] rasakan dan mengucapkan dengan senyum paling ikhlas nan cerah : “Terima kasih ya Mah, Bu, Pak, Pah, Yah, dsb”

Percayalah keadaan terbaik itu bukan ketika lw merasakan kesuksesan dengan memberikan segala harta benda ke orang tua lw, itu sebatas hadiah, karena akan jauh lebih berharga ketika lw memahami apa yang udah orang tua lakukan ama lw hingga lw mampu membaca tulisan ini :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar