Pk
14.58, 17 Oktober 2014
Beban
Berat
||
Dalam Diam ||
Hari ini, detik ini, sedang di
Perpustakaan Pusat UI, di belakang ruang Mac. Bukan dalam rangka membunuh waktu,
namun memang sedang ingin mengerjakan beberapa amanah saja. Beberapa hari ini
mendapatkan pukulan telak untuk
beberapa rencana hidup. Rencana yang mungkin akan membuat aku terus menjauh
darinya. Semua yang pernah ditargetkan untuk mendapatkan ini pada tahun ke-ini
sepertinya berantakan, memperoleh itu
pada tahun ke-itu nampaknya sirna.
Target bidang pekerjaan, jenis perusahaan, target waktu nikah yang direncanakan
2 tahun setelah lulus kuliah seakan semua menjauh. Tragedi yang bermula dari tahun ke-2 kuliah di
FEUI.
||
Dalam Do’a ||
Akhir - akhir ini rasanya sulit
sekali tidur
Belum pernah rasanya aku mengalami
hal seperti ini
Kamu pernah membunuh perasaan? Hei... Ini bukan tentang wanita
Kamu pernah membunuh jati diri? Hei... Jangan katakan bahwa aku sedang
sakit jiwa
Akhir - akhir ini bayangan masa
lalu seringkali muncul, di setiap kesempatan
Selalu menarikku dengan kuat untuk
kembali kepada kejayaan yang sudah lama pudar
Ini gila!
Hampir seluruh teman-temanku berpandangan
kedepan dan berusaha melepas segala hal jubah masa lalu di kampus namun aku
sebaliknya, ingin rasanya didekap dengan kenangan lama, dengan segala hal yang
sempat kuraih. Hewan saja berusaha menghindar dari jebakan yang bisa
membunuhnya namun aku serasa menyerahkan diri pada Tuhan untuk terus dipeluk
oleh keputus-asaan, oleh kegamangan untuk memilih.
Kamu harus segera sadar,
Kamu tidak akan pernah bisa
berhasil jika kamu tidak membunuh egomu.
Tapi apakah bisa dikatakan ego jika selama ini aku hanya ingin
tetap pada diriku yang semula? Walau aku sadar mungkin saja diriku yang semula
tidak akan dapat membuat diriku cepat berhasil. “Berhasil” dengan pemaknaan harfiah yang masyarakat kelas menengah ngehe biasa menerjemahkannya. Mungkin
aku tidaklah harus berubah untuk menjadi orang lain, kadang aku berpikir
mungkin saja aku merupakan kesalahan dan kegagalan suatu pendidikan keluarga
maupun lembaga pendidikan yang tidak berhasil membentuk diriku seutuhnya untuk
menjadi aku-yang-seharusnya.
Ini gila!
Disaat orang lain berniat untuk
menghadapi masa depan namun kamu malah berencana untuk melarikan diri,
meninggalkan segala kesempatan yang memiliki potensi.
||
Dalam Nestapa ||
Sampai pada satu titik, penyesalan
tidak akan pernah datang terlambat. Selalu ada kesempatan untuk melakukan
perubahan, dan untuk itu dibutuhkan pengorbanan. Rasa-rasanya aku belum siap
untuk menghapus masa lalu masa-masa itu... Rasa-rasanya...
Pelarian terbaik adalah untuk tidak
membicarakan apapun kepada orang lain. Orang-orang itu, mereka hanya memakai
topeng untuk bisa merasakan apa yang kamu alami namun pada suatu ketika topeng
itu pun akan terbuka, menunjukkan wajah aslinya yang selama ini tertawa dibalik
kemurungan tanda solidaritas.
Kamu hanya terus-menerus mengelak
dari sebuah kebenaran. Terus saja aku mencari pembenaran dari setiap kesalahan
yang kuperbuat. Kamu pasti tahu itu, tapi aku mencoba mengelak, toh selama masih ada saja alasan untuk
berkilah, ungkapkan saja.
Ya, kamu memang bisa mengungkapkan
tapi sampai kapan kamu bertahan di tempat persembunyian? Kamu hanya terus
mengulur waktu dengan bualan akan impian yang kamu ingin raih tapi kamu sendiri
tidak tahu siapa dirimu dan apa jadinya kamu di masa depan. Kamu berikan
janji-jani yang kamu ingin kepada orang yang kamu sayangi namun kamu tidak
pernah benar-benar berusaha untuk meraihnya.
Kamu pernah mengerjakan sesuatu
yang kamu sendiri tidak tahu akan jadi seperti apa jadinya nanti? Yang aku
takutkan hanyalah lagi-lagi kalimat
pertanyaan tersebut hanya ungkapan mengelak
dari perjalanan yang seharusnya memang kamu hadapi. Itu semua untuk merubah
kamu untuk menjadi aku-yang-seharusnya,
bukan untuk bertahan pada aku-yang-lalu.
Aku tahu ini bodoh
Aku berharap siapa saja kamu yang
membaca ini
Ini bukanlah dialektika seseorang yang berkepribadian ganda
Mungkin
ini hanya sebuah perbincangan sederhana,
dari
seseorang yang berusaha untuk menemukan jalannya
seseorang
yang sangat takut untuk membunuh masa lalu
seseorang
yang masuk ke dalam mozaik keraguan untuk menciptakan masa depan
Singgih,, Keep Growing :)
BalasHapus