|| 2015 - Juli - 23 || #NewLife, Mahaguru Tetiba Datang

Pk 10.30, 23 Juli 2015
Mahaguru Tetiba Datang






|| Siapakah Dia ||
“Serius sekali kalian ini, menjelang tengah tahun ya makanya kalian begini, hati-hati nanti pengetahuan & pandangan kalian menjadi kacamata kuda…Hahaha…”

Suara berat penuh kekhasan datang dari arah belakang saya yang sedang penuh konsentrasi menatap laptop. Saya memang duduk membelakangi arah pintu ruangan kami yang saya sebut dengan “basecamp”. Untung saja saat itu saya sedang tidak membuka youtube atau kaskus. Suara beliau sama sekali tidak saya kenal, bahkan ketika saya menatap beliau dari ujung rambut hingga ujung kaki pun tetap tidak kenal, terlebih beliau menggunakan kaos singlet serta jeans yang tidak boleh digunakan di area perusahaan saat weekdays.

Wakil Kepala Departemen yang sedang 1 ruangan bersama saya pun menyalami beliau & cukup menunduk hormat. Rasanya seperti Raja Negara Api saja datang menyapa rakyatnya.

Belakangan saya baru tahu bahwa beliau adalah Kepala Divisi Perencanaan Perusahaan & Manajemen Resiko. Sebuah posisi elit yang menjadi tangan kanan para direksi dalam memahami & mengambil keputusan strategis perusahaan. Kita sebut saja beliau Mr. T

Beliau lulusan sarjana Universitas Hasanudin tahun 1987 & didikan asli program pengembangan SDM perusahaan ini, yang mana penerimaan via jalur sarjana di tahun tersebut hanya meluluskan 11 orang. Hingga saat ini, 1 keluar dari perusahaan, 1 sudah meninggal, 1 orang stuck pada posisi Kepala Departemen, beberapa sebagai direksi di anak perusahaan, sisanya sudah menjabat Kepala Divisi (sebuah posisi karier akhir di perusahaan karena posisi direksi merupakan posisi politik yang berdasarkan penunjukkan RUPS maupun menteri), banyak sekali beliau bercerita sejak pertama menjadi pion di papan permainan perusahaan ini hingga meniti karier menjadi seorang raja yang memainkan bidak-bidak penting.

Beliau suka menyebut dirinya sebagai Mahaguru. Hehehe…



|| Kacamata Kuda ||
“Ayo coba sekarang… Diskusi sama saya, sekarang, apa sih yang kalian lakukan di Divisi Pengembangan Strategi Bisnis ini?” ancam beliau kepada 4 orang staf divisi yang baru dibentuk tahun 2013 ini. Saya sebagai anak bawang hanya bisa memandang beliau penuh hormat & serius saja alih-alih ingin menjawab tapi demi “keselamatan diri” mending diam.

Ada 3 poin penting yang disarankan beliau kepada kami, sebagai seorang staf baru, di divisi yang baru dibentuk 2 tahun lalu. Poin yang dibuka dengan kalimat yang mengingatkan saya tentang lw disini mau ngapain kedepannya Gih, lw paham gak disini kondisinya gimana, lw tahu gak resiko masuk sini, lw tahan gak dengan kerja kaya gini Gih.

Saya sangat suka dengan beliau yang memaparkan kondisi nyata perusahaan ini, secara telanjang mengenai bagaimana perpolitikan hingga beberapa kekurangan agar kami sadar.

“coba lah kalian kaji dengan baik serta cepat untuk kondisi, potensi, & ekspansi keuar negeri bagaimana. Kita mampu bersaing gak?

Saya dan teman-teman yang memang mendapatkan tugas sedari pertengahan Juni 2015 lalu untuk mencari 50 perusahaan pesaing di luar negeri hanya bisa terus memanggut. Wajar. Sebab Mr. T menjelaskan bahwa infrastruktur pendukung perusahaan ini untuk bersaing di dalam negeri saja sudah tertinggal 10 tahun lalu dengan salah 1 perusahaan swasta pesaing, yaitu pabrik pendukung bahan baku utama perusahaan ini.


Saya mencoba menguyah pernyataan beliau sebaik mungkin sebab pada dasarnya memang perusahaan ini (selama ini) lebih banyak menerima kerjasama dengan memosisikan diri sebagai konsumen asing yang memiliki teknologi jauh sangat baik, sehingga saya melihat dalam RKAP 2015 ini Kepala Divisi menginginkan beberapa bentuk joint venture dengan perusahaan dari Jepang atau Eropa untuk menguasai/mendukung hulu (produksi).

“kalian bayangkan, sebenarnya perusahaan ini padat karya atau padat modal, hah?”

Deg! Pertanyaan Mr. T menghangatkan ingatan saat saya beserta teman-teman management trainee ke salah 1 pabrik perusahaan ini di luar kota, ada laporan dari salah 1 supervisor bahwa tingkat keluhan klien kami tinggi dan ternyata tidak bisa dibuat 0 namun sebatas diminimalisir. Saya lihat langsung bahwa banyak sekali tenaga kerja yang berada dalam proses finishing goods dibandingkan pabrik produk lain yang sudah end-to-end product process dalam 1 mesin atau disebabkan oleh faktor human error.

Mr. T menyebut juga bahwa penyerapan anggaran perusahaan per divisi sangat rendah sekitar 20-30% saja. Perusahaaan sudah saatnya bertransformasi menjadi basis padat modal/teknologi dengan melakukan riset ataupun kerjsama strategis dengan pemain dunia. Mungkin di tahun 2015-2020 ini bisa menjadi momentum peremajaan dengan tingkat pensiun hingga 60% dari total karyawan. Kata kunci dari poin ke-2 ini adalah optimalisasi dan efisiensi dalam mekanisasi produksi.

“kalian jangan terus memandang laptop lah, buka relasi dan percakapan dengan dunia luar, dengan teman kalian di departemen lain. Semisal, Divisi Pengembangan Strategi Bisnis kalian kan sangat berhubungan dengan Departemen Penjualan, coba tanyakan kenapa tender dengan Filipina diambil padahal bla bla bla… Jangan sampai kacamata kuda lah”

Kunci pengelolaan produk perusahaan ini terletak pada harga, bukan mutu. Maksudnya pernnyataan disini lebih menitikberatkan pada proses tender yang perusahaan ini tidak bisa terus menerus menunjuk anak perusahaan untuk mengambil pekerjaan perusahaan ini. Poin ke-3 ini berkaitan erat dengan poin ke-2 dengan menguasai hulu produksi agar dapat meminimalisir harga bahan baku yang selama ini masih dioper oleh klien besar perusahaan.



|| Kenapa Bisa Tertinggal? ||
“Mr.T… Kenapa kita bisa tertinggal (dengan swasta) selama 10 tahun untuk salah 1 pengembangan pabrik pendukung bahan baku & 5 tahun untuk inovasi produk yang sudah merajalela di pasar Indonesia sekarang ini?”, tanya saya penuh heran kepada Mahaguru.

Menurut mahaguru, dalam perusahaan terdapat orang-orang yang berpikir secara corporation minded dan sectoral perspective. Beliau menjelaskan lebih lanjut mengenai 2 tender terakhir yang kami kalah telak karena salah dalam strategi pemenangan alih-alih dapat dikatakan karena terlambat membuat afiliasi dengan pihak lain yang sudah memiliki teknologi maju. 2 tender terakhir ini merupakan proyek nasional menyangkut keamanan data warga negara dan modernisasi salah 1 produk keimigrasian yang (menurut beliau merujuk pada UU) ditangani oleh perusahaan karena beririsan dengan kerahasiaan negara atau data personal.

Sejujurnya,
Saya belum puas mendengar jawaban mahaguru, entah karena terlalu filosofis atau bahkan sangat teknis di akhir pernyataan Mr. T. Saya mungkin butuh melakukan pencarian mandiri. Jawaban saya menentukan kualitas bara dalam diri untuk menyesuaikan seberapa cepat bergerak bersama perusahaan ini. Seperti yang mahaguru katakan,

“kalian ini harus tahu lho ini perusahaan mau jadi apa dan kemana kedepannya. Kalian sudah masuk hutan belantara, syukur-syukur kalian bisa hidup ketika keluar dari hutan ini walau dengan tersesat terlebih dahulu, lha kalau kalian mati bagaimana?”


Hal yang fundamental saya rasa…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar