|| 2013 - Januari - 23 || Surat untuk Kawan, Gie, Sebuah Persimpangan

Pk 17.22, 23 Januari 2013
Surat untuk Kawan || Gie







Sebuah tulisan puisi yang dibuat oleh Soe Hok Gie menjelang pertemuan dirinya dengan sebuah dunia nyata. Dirinya yang ditinggalkan oleh teman  yang pernah berjuang bersama. Yang pernah melawan bersama. Yang pernah bermain, naik gunung, atau menghabiskan waktu bersama. Tertulis di buku Gie.. Sekali Lagi dan membuat saya berpikir panjang.

Tentang apa yang dia rasakan, mungkin sama dengan apa yang saya rasakan. Tentang apa yang pernah diperjuangkan selama menjadi mahasiswa. Kini berada dalam sebuah persimpangan. Tulisan ini saya tuangkan dari sebuah kekalutan berpikir seminggu selepas sidang penelitian yang luar biasa.

Pilihan selepas lulus banyak sekali untuk para lulusan FE-UI. Namun entah mengapa ada sesuatu yang membuat saya khawatir jauh melebihi ketidaktercapaian ultimate goal yang sudah saya rancang. Untuk kali ini saya sedang tidak ingin banyak bicara. Hanya sebuah perkataan mantan Ketua BEM FEUI anak 2003 terngiang kembali :

life is about choosing, but choose wisely

Surat Soe Hok Gie berikut saya abadikan kembali dalam penutup yang penuh kalut dalam Kata Pengantar Penelitian Pemasaran Politik saya. Selamat mencerna tentang sebuah kegelisahan diri! (Y)
“Dan mereka tidak berpikir kreatif, terlalu pragmatis. Kadang saya takut memikirkan masa depan.
Minggu-minggu ini saya banyak berpikir, lebih-lebih sejak saya pulang dari gunung. Mungkin karena kurang pekerjaan, dan mencoba mengadakan intropeksi pada diri saya sendiri. Tidak ada perasaan sedih, tak ada perasaan menyesal, tidak ada perasaan apa-apa seolah-olah semuanya sebagai angin dingin yang mengigilkan, tetapi saya tak punya pilihan lain kecuali menerimanya
Saya tak punya kegairahan seperti setahun yang lalu. Mungkin saya telah terlalu lelah, dan ingin menyelesaikan skripsi saja. Mungkin juga semuanya ini semacam tanda bahwa dunia saya telah berlainan dengan dunia teman-teman yang lebih muda. Dipintu rasanya telah mengetuk suara-suara halus yang menyilahkan saya untuk meninggalkan dunia yang begitu lama saya gauli.
Bersama tertawa, bertengkar, ngobrol, dan lainnya,Saya akan hadapi semuanya.
Mungkin surat ini agak aneh untukmu. Dan mungkin surat ini tidak kau harapkan. Kalau demikian maafkan, saya hanya sekedar mengeluh padamu. Selamat bekerja dan sampai lain kali.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar