Pk
08.35, 3 Mei 2014
Bengong
||
..... ..... ..... ||
Akhir-akhir ini gue merasa bukan
menjadi diri gue yang seperti dulu
Seorang Singgih Setiadi yang berada
di tahun ke-2, tahun ke-3, tahun ke-4, hingga tahun ke-5. Seorang Singgih yang
ceroboh tapi tegas untuk bersikap, seorang Singgih yang selalu membuat
keputusan mengagetkan tapi execute! execute!
execute! Ini selalu saja menempel dalam diri gue walau seringkali ngebuat risih rekan perempuan gue. Tapi buat gue
no big deal, terpenting apa yang
direncanakan harus tercapai, apa yang direncanakan ya slow aja sih jika ga sempurna banget, yang penting take action dulu.
||
..... ..... ||
Akhir-akhir ini gue seringkali
bengong
Terkadang keinginan untuk
bernostalgia dengan masa lalu datang di saat-saat ini, masa lalu yang seperti
tanpa beban, masa lalu yang penuh dengan kekerabatan, bukan masa-masa yang
penuh kecurigaan, persaingan bukan jadi tujuan tapi sebagai alat untuk berbuat
melebihi ekspektasi yang diperkirakan oleh rekan.
Segalanya berjalan begitu berbeda. Berjalan
dengan penuh pertimbangan dan seakan-akan menjadi keterpaksaan. Memijak 2
tempat berbeda dan diharapkan menambah 1 pijakan lagi hanya ngebuat diri gue
serasa memisahkan segala kepribadian untuk disesuaikan dengan pijakan tersebut
hingga gue lupa akan diri gue yang dulu atau yang sebaiknya seperti apa.
||
..... ||
Akhir-akhir ini... sudahlah...
Saat ini segala sesuatunya sangat
berbeda.
Gue seperti karakter pemeran utama di film Internship yang tertinggal dalam euforia masa lalu.
Jarang sekali gue bengong ketika
semasa kuliah dulu. Bengong hanyalah kilasan sesaat saja sebelum dihamburkan
oleh kenyataan untuk cepat dan tepat mengambil setiap keputusan. Kegairahan
masa lalu seakan tak berbekas akhir-akhir ini. Benar kata Soe Hok Gie, “...mungkin saja
dunia saya telah berbeda dengan teman-teman yang lebih muda...” atau jika
boleh gue menambahkan, “...tempat
berpijak bagi teman seusia pun berbeda dari yang saya miliki
sekarang...”.
Gue sangat suka dengan coretan Soe
Hok Gie yang dibawah ini saat dirinya sadar bahwa keraguan itu mungkin saja
datang di saat keyakinan kita sedang tumbuh-tumbuhnya.
Dan percayalah, kita gak akan pernah bisa merasakan apa yang Soe Hok Gie
rasakan jika kita belum pernah berada seperti dalam posisinya.
“Kadang saya takut memikirkan masa depan.
Minggu-minggu ini saya banyak berpikir, lebih-lebih sejak saya pulang dari gunung. Mungkin karena kurang pekerjaan, dan mencoba mengadakan intropeksi pada diri saya sendiri. Tidak ada perasaan sedih, tak ada perasaan menyesal, tidak ada perasaan apa-apa seolah-olah semuanya sebagai angin dingin yang mengigilkan, tetapi saya tak punya pilihan lain kecuali menerimanya.
Saya tak punya kegairahan seperti setahun yang lalu. Mungkin saya telah terlalu lelah, dan ingin menyelesaikan skripsi saja. Mungkin juga semuanya ini semacam tanda bahwa dunia saya telah berlainan dengan dunia teman-teman yang lebih muda. Dipintu rasanya telah mengetuk suara-suara halus yang menyilahkan saya untuk meninggalkan dunia yang begitu lama saya gauli.
Bersama tertawa, bertengkar, ngobrol, dan lainnya.Saya akan hadapi semuanya.”
Oleh Soe Hok Gie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar