Pk
15.09, 29 Agustus 2014
Maleficent
||
Awalnya ||
#jadiBegini, sebenarnya saya tidak
terlalu suka film animasi fiksi, entah mengapa, mungkin karena setelah nonton
film tersebut bawaannya suka berimajinasi, berfantasi, berhalusinasi, yang
ujung-ujungnya malah mengecewakan atau dikecewakan walau 2 kata tersebut lebih merepresentasikan
Akh Akew yang sempat terjerat dalam kisah
pahit percintaan. #rasakan
Judul blog diatas adalah sebuah
tontonan yang sejak Roy Suryo menjabat Menteri Pertahanan Mozambique sudah
direncanakan bareng sama anak-anak Tim
Penerus Dewan Guru Besar UI saat tanggal 23 Mei 2014 namun apa mau dikata,
ternyata yang disebutkan Mankiw dalam buku Principle
of Economics benar adanya bahwa people
response to incentive sehingga karena tidak ada yang mentraktir buyarlah
semuanya. Memang mereka semua masih berwatak inlander, pantasnya mereka semua
dibuang ke Pulau Digoel. #rasakan, kecuali 1 orang yaitu *listrik padam*
Saat detik-detik terakhir
pembatalan mau tetap nonton berdua sama Icha (“Annisa Himmatu Fitriana”, red.)
karena dirinya pun memang tepat setelah sidang pra skripsi ditambah saat itu
otak saya sedang panas-panasnya baca jurnal terus mengerjakan 1 penelitian telekomunikasi
sehingga butuh refreshing, namun apa
mau dikata, hati ini tak enak rasanya sama dirinya, takut membuat marah
gebetannya atau mungkin saja sekedar takut mengecewakan (--)” #ihik
||
Akhirnya ||
#jadiAkhirnya kami tak jadi nonton
dan penantian nonton film akhirnya baru terbayarkan setelah 3 bulan tayang di
bioskop dengan mendownload di indowebster, sendirian di kosan, ditemani bunyi
rintikan air hujan tanpa ada milo hangat yang menemani, sungguh bukan raga yang
kedinginan namun hati yang menggigil karena tiada tempat berteduh #rasakan.
Aurora...
There is an evil in this world, hatred and betrayal.
And
i cannot keep you from it...
Sebenarnya saya tak bermaksud
mengomentari jalannya cerita sebuah film, apalagi film yang penuh dengan #kode
begini, saya payah dalam urusan mengenai “memahami perempuan”. Tanyakan saja
pada Cok Simbara kalau kalian tidak percaya.
Menurut saya, Maleficent mampu
merepresentasikan betapa rapuhnya seorang perempuan ketika sudah berada dalam
zona percintaan. Seberapapun kuatnya atau gengsinya mereka ketika seorang
laki-laki mampu menarik sesuatu yang berharga dimilikinya maka tidak ada yang
bisa menahan keyakinan mereka terhadap apa yang dicintainya. Pada 1 titik, mungkin
hanya kebencian yang mampu menyadarkan mereka, yang menjadi bara untuk merebut
apa yang tersisa dari dalam dirinya.
Sayap yang dimiliki Maleficent
menjadi hal berharga yang dimiliki olehnya, sesuatu yang membuat dirinya bisa
terbang tinggi kesana kemari mengikuti kehendak dirinya sendiri, kebebasan yang
mungkin tidak didapatkan sebagian makhluk lainnya. Sayap yang mampu menembus
awan di bawah kolong langit, masuk ke dalam kumparan angin, hingga membuat Maleficent
tidak pernah bimbang mendapatkan apa yang diinginkannya.
Hingga pada suatu saat...
||
Nah Ini Dia ! ||
Sayap yang dulu ikut menjaga
dirinya hingga untuk melindungi orang-orang yang disayanginya menjadi sesuatu
yang membuka mata tentang apa itu arti kesetiaan, kekuasaan, dan pengkhianatan
*seduh Pop Mie ½ mateng*. Benih cinta yang tertanam sejak umur Maleficient
belia hingga berusia 16 tahun malah menjadi pembangkit Kyubi dalam dirinya.
*seduh Pop Mie ½ mateng lagi*.
Andai sayap yang dimiliki oleh
Maleficent dijual bebas di pasar Baru tentu tidaklah dia perlu menjadi seorang
tukang kutuk, andai disewa di Mester pun dia tak perlu menjadi tukang pukul,
andai andai andai dan andai, begitulah seorang wanita yang tenggelam dalam
pahitnya kekecewaan memang suka berandai andai, namun yang dicuri dari
Maleficent adalah sesuatu yang tidak bisa diduplikasi, original, bukan KW!
*petir menyambar dari luar kosan*
Namun ada yang saya suka dari kisah
Maleficent,
Potongan cerita yang mengungkapkan
sisi jernihnya pola pikir seorang wanita dalam kesendirian, keterpurukan yang
diakibatkan oleh orang yang amat sangat disayanginya membuahkan perasaan kuat untuk
melindungi orang yang dia percaya dikemudian hari. Maleficent belajar membentuk dirinya menjadi lebih tangguh dari rasa sakit yang didapatkan. Rasa sakit yang dulunya berawal dari perasaan sayang yang pertama kali diberikan pada seseorang yang istimewa baginya.
“...aku takkan meminta maaf darimu,
karena yang kulakukan padamu takkan bisa dimaafkan.
aku begitu tenggelam dalam kebencian dan dendam,
kau mencuri yang tersisa dari hatiku, dan sekarang
aku kehilanganmu selamanya.
Aku bersumpah, takkan ada yang menyakitimu selama
aku hidup.
Dan seharipun takkan berlalu tanpa diriku merindukan
senyummu...”
NB :
Mungkin inilah satu-satunya tulisan
dalam blog saya yang terdapat catatan
bawah. Film ini turut menjelaskan peran penting pria yang mengambil bagian
terpenting dari seorang wanita, yaitu kepercayaan. Film ini entah mengapa malah menjadikan saya
lebih was was ketika bergaul dengan
seorang perempuan menimbang berbagai pengalaman hidup yang didapat.
“...Cintailah kekasihmu sewajarnya saja,
karena bisa saja suatu saat nati ia akan menjadi
orang yang kamu benci.
Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat
nanti ia akan menjadi kekasihmu...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar