|| 2015 - Januari - 27 || Sustainable Mining Newmont Bootcamp 4. Maju-Mundur Cantiknya Proses Seleksi hingga Pertemuan Perdana

Sustainable Mining Newmont Bootcamp 4
Maju Mundur Cantiknya Proses Seleksi hingga Pertemuan Perdana
::::: 3 Alasan PT Newmont Nusa Tenggara Menolak UU Minerba 2009 :::::



[1/9] || Lt.4 Perpustakaan Pusat UI, 10 Januari 2014 ||






Danau UI tampak teduh setelah digempur oleh serangan air dari langit selama beberapa jam belakangan, sebagaimana ketenangan yang terjadi di lantai 4, Perpustakaan Universitas Indonesia yang mungkin terjadi karena sedang masa-masa liburan kuliah namun beda halnya denganku yang terus dikejar deadline presentasi penelitian akhir di depan para dosen penguji.

Di meja panjang lantai 4, aku ditemani oleh seorang kawan, seumuran namun beda perawakan. Mungkin karena dia sudah menikah duluan di umur yang masih belia, 22 tahun. Dia mengetahui keinginanku untuk mengikuti Sustainable Mining Bootcamp 4 yang diselenggarakan oleh PT Newmont Nusa Tenggara. “Oh.. Mungkin dia tahu keinginanku karena tahu dari tulisan di social media yang aku sebarkan”, batinku berujar.

“Boi.. Apa yakin lw bakalan menang kompetisi itu? Hahaha... Bercanda,
Maksud gue, apa yakin lw akan mendapatkan apa yang lw harapkan?”
Seperti biasa, temanku membuka perdebatan yang biasanya berujung pada diskusi

“Maksud lw gimana, Boi?”
Aku tak kalah bertanya balik walau aku paham maksudnya

“Well... Let say lw menang, walau kemungkinannya kecil, Hahaha... Bercanda,
Apa lw bakalan melihat semua apa yang terjadi disana? Apakah lw yakin akan melihat kebenaran disana? Sejauh mana lw tahu bahwa yang lw lihat bukanlah hal-hal yang disengaja pihak Newmont?”
Temanku bertanya secara tajam sebagaimana mahasiswa-aktivis sosial politik mendebat

Disaat dirinya masih berkata, aku hanya mendongakkan kepala, melihat pemandangan luar jendela yang rimbun oleh pohon setinggi 30 meter yang ditanam tepat di tengah perpustakaan pusat UI. Disaat temanku terus bertanya yang akhirnya menyerah dengan memalingkan wajah memandang laptop karena aku tidak pedulikan, aku berujar pelan,

“Kalau lw ingin belajar, maka lw harus berprasangka baik
Setidaknya gw akan bisa adil sejak dalam pikiran karena gw hadir disana
Mendapatkan pengetahuan langsung, bukan menadah jawaban dari framing media,
Kalau dalam penelitian, gw mendapatkan data primer di saat lw terus berbicara dengan data sekunder. Gw bangga dapet nilai A dan lw hanya meratap dengan nilai C, Hahaha...”
Aku pun menjawab pertanyaan kritisnya dengan menjambak rambutnya



[2/9] || Ruang Mac Perpustakaan Pusat UI, 11 Januari 2014 ||
Hari sabtu adalah hari kemerdekaan bagi para mahasiswa (jomlo) yang biasanya dihabiskan di tempat-tempat yang menawarkan fasilitas gratis, tidak terkecuali ruang Mac, perpustakaan Universitas Indonesia. Ada sekitar 125 komputer Mac yang berjejer saling berhadapan di ruang seluas 50*100 meter persegi di perpustakaan pusat ini.

Tak terkecuali aku yang pk 10.30 ini berada di antara puluhan mahasiswa (jomblo) sudah ngangkring manis di depan layar komputer Mac. Aku sudah tidak sabar melihat bagaimana hasil lomba karya tulis yang sudah aku submit di tanggal 2 Januari 2014 di kompasiana.

Dan sungguh malang,
Ketika aku membuka website www.kompasiana.com, tercantum pengumuman yang menyebutkan bahwa deadline untuk submit karya tulis “Mengenal Tambang Lebih Dekat” diperpanjang hingga 15 Januari 2014 yang seharusnya hari itu adalah pengumuman pemenang lomba. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana semakin suramnya malam minggu nanti yang sudah pekat karena status jomblo yang didapat.






Aku awalnya membuat skema,
Dengan penuh rasa optimis, jika tanggal 15 Januari 2014 adalah pengumuman pemenang peserta Sustainable Mining Bootcamp maka dengan doa dan ikhtiar yang penuh istiqomah maka itu akan menjadi kado terbaik di saat sidang penelitian akhirku.

Aku hampir berniat membuat karya tulis tambahan
Untuk membuka peluang kemenangan lebih lebar siapa tahu bisa mendapat tiket emas perjalanan ke Sumbawa Barat, Newmont Nusa Tenggara. Namun aku sudah disibukkan dengan revisi dan perispan presentasi di depan dosen penguji yang menyisakan waktu hanya 4 hari dari sekarang. Pada akhirnya, aku pasrah hanya submit 1 karya tulis.

Selang penantian 1 bulan kemudian...



[3/9] || Lt.3 Perpustakaan FEUI, 11 Februari 2014 ||

“Saat ini memang sudah ada beberapa nama hasil seleksi tahap awal.
Tahap selanjutnya adalah bertemu dengan calon-calon peserta tersebut untuk menentukan yang terpilih. Kami masih membuka kesempatan lagi karena memang banyak yang ingin mendaftar. Dan tidak menutup kemungkinan jika kuotanya kami tambah”






Aku duduk sendiri, termangu, di meja bundar untuk ukuran belajar 3 mahasiswa atau 4 mahasiswi, membaca e-mail yang baru masuk. Di sudut kiri depan dari aku duduk beberapa mahasiswa berceloteh, hiruk-pikuk obrolan serasa menjadi meriam bagi otakku. Di sudut kanan depanku ada beberapa mahasiswa berbincang sembari berdiri serasa mengejek diriku.







Gelar, penghargaan, toga, upacara wisuda dan ucapan selamat yang aku terima sebagai seorang sarjana ekonomi serasa tidak berarti karena tidak ditutup dengan hasil yang aku (sangat) harapkan untuk melihat langsung proses pertambangan agar terlepas dari jebakan berita media massa. “Argh!” rasanya aku ingin teriak di tengah keramaian dan memukul mejaku.

Sedari awal mengikuti lomba karya tulis Sustainable Mining Bootcamp ini memang aku sudah kurang yakin akan menang. Persiapan braindstorming dan penulisan yang hanya dilakukan dalam waktu 2 hari membuatku menjadi pasrah, “toh setidaknya sudah mencoba dibandingkan tidak bergerak sama sekali maka kita tidak akan tahu akan mendapatkan apa didepannya” batinku mencoba membela diri di saat itu juga.

Aku melakukan korespondensi dengan pihak PT Newmont Nusa Tenggara di tanggal 11 Februari 2014 yang mana hanya 1 minggu sebelum keberangkatan peserta Sustainable Mining Bootcamp yang dijadwalkan tanggal 19 Februari 2014. Ada perasaan menyesal disaat itu juga karena “mengapa tidak aku paksakan menulis lagi”, “mengapa aku tidak mencoba meminta bahan dari teman-teman FISIP UI untuk mempersingkat penulisan karyaku”, kata-kata “mengapa” ternyata sudah membuat setan berhasil memacu emosiku.

Namun,  Tuhan punya rencana lain...



[4/9] || Lt.1 Perpustakaan FEUI, 19 Februari 2014 ||
Siang ini matahari menunjukkan kemarahannya di Depok, terik sekali
Untung saja aku bisa sedikit leyeh-leyeh di tempat duduk sofa yang berada di tengah-tengah lantai 1 perpustakaan FEUI, sembari fokus pada layar laptop toshiba usang berukuran 14 inchi, membolak-balik belasan halaman .pdf jurnal yang harus aku review untuk Bp. Harryadin Mahardika. Membayangkan peserta Sustainable Mining Bootcamp 4 yang sudah terpilih berangkat hari ini membuatku kembali bersedih akan kegagalan karya tulisku.

Iseng aku coba membuka e-mail, siapa tahu ada tugas baru dari dosen
Namun luar biasa kagetnya di siang hari itu hingga jantung ini berdegup lebih kencang

“Perkenalkan, saya Oza, dari Divisi Advertising Kompasiana
Melalui e-mail ini saya ingin memberitahu bahwa anda terpilih sebagai finalis Lomba Blog Newmont yang diadakan pada 5 Desember 2013 - 2 Januari 2014”






“Yeah!” “Thanks God!”
Sembari mengepalkan kedua tangan keatas, aku tidak memedulikan lagi teriakan yang aku muntahkan dari kerongkongan mulut. Lirikan heran adik angkatan mahasiswa-mahasiswi disekitarku saat ini serasa menjadi tatapan menggoda para bidadari yang mengucapkan “kak.. ajak aku dong ke Newmont”,  seorang penjaga buku perpustakaan yang menegurku dengan tatapan tajam dari seberang untuk diam seperti ucapan “mas.. selamat ya.. saya bangga padamu..” dengan senyuman manis bapak-bapak berkumis.

Dahiku berkerut, tanda perasaan ini belum tenang
Terdapat pencantuman kata-kata “Finalis” yang membuat otakku mengering kembali, karena asumsi yang kubuat adalah masih terdapat seleksi diantara para finalis sebelum menjadi beberapa pemenang yang beruntung ke PT Newmont Nusa Tenggara, Sumbawa Barat.

Terlebih setelah mendapatkan penjelasan dari Mba Oza bahwa ada sesi “bincang-bincang santai” yang bagi seorang fresh graduate sama seperti wawancara user.







Aku pun mencoba menenangkan kegembiraanku dan menganalisis keadaan lebih bijak. Jika memang perencanaan program Sustainable Mining Bootcamp adalah tanggal 19 - 25 Februari 2014 maka mengapa ada pertemuan di tanggal 26 Februari 2014 untuk penyeleksian kembali? Mengapa e-mail pemberitahuan tersebut dikirimkan tanggal 19 Februari 2014 yang notebenenya adalah hari keberangkatan peserta? Apakah akan ada pemberangkatan tambahan dengan jangka waktu sekian hari atau minggu?

“Sudahlah, toh, sudah tercantum nama ku sebagai finalis”, batinku berdamai.

Dan pertanyaanku pun terjawab...



[5/9] || Menara Rajawali, Kantor PT Newmont Nusa Tenggara, 26 Februari 2014 ||
Bapak satpam di loby Menara Rajawali bertanya heran kepadaku, mungkin dia bingung ada seorang remaja tanggung menggunakan jeans tambal dengan sepatu pantofel luyu, membawa tas gendong hitam agak berdebu, berambut acak lepek belah pinggir kanan, dan berkemeja biru usang datang sore hari ke gedung super eksklusif di kawasan Mega Kuningan. Mungkin dia waspada sekiranya terdapat bom buku di dalam tasku.

“Ingin ke mana, Mas? Lantai berapa? Bertemu siapa? Ada keperluan apa ya?”
Ucap satpam Menara Rajawali serasa pertanyaan diskriminasi

“Ini pak, saya mendapat undangan dari Newmont Nusa Tenggara untuk pertemuan bersama pihak Kompasiana di lantai 26”
Jawabku pede dengan senyuman 3 jari ke arah mata satpam

Jam tangan di pergelangan kiriku menunjukkan Pk 17.45
Berarti masih tersisa 45 menit lagi sebelum ada pertemuan formal.
Tepat setelah aku keluar dari lift di lantai 26 terdapat resepsionis yang langsung mengarahkan saya ke ruang tunggu sebelum berpindah ke ruang pertemuan, ternyata sudah ada beberapa orang yang datang dengan duduk dan senyuman manis memperkenalkan diri kepadaku. Aku menghitung dalam hati ada sekitar 1.. 2.. 3.. 4.. Dengan diriku mungkin menjadi 5 orang yang hadir, 10 menit kemudian kami dipersilahkan shalat Maghrib dulu.

Hanya aku dan 2 remaja perempuan yang shalat Maghrib berjama’ah
Setelah selesai, aku diarahkan oleh resepsionis untuk masuk ke dalam ruang pertemuan formal. Perasaan hati rasanya sudah tidak enak saja karena memang sedari awal aku sudah skeptis dengan pernyataan Mba Oza mengenai bincang santai satu per satu.

Ternyata ruang pertemuan sudah penuh
Nampak seperti ruang rapat berukuran 5*10 meter dengan perlengkapan modern
Di dalam ruang pertemuan tersebut kami mulai memperkenalkan diri satu per satu

  1. Bapak Rubi Waprasa Purnomo sebagai Head of Corporate Communication 
  2. Ibu Jenni Renita Purba sebagai Tim Corporate Communication 
  1. Adella Adiningtyas, Mahasiswa Komunikasi IPB 
  2. Asri, Mahasiswa, Mahasiswa Komunikasi Paramadina
  3. Bapak Faisal, Fotografer & Videografer
  4. Isnad, Mahasiswa Arsitektur FTUI
  5. Dimas, Mahasiswa Metalurgi FTUI
  6. Mba Griska, Fotografer
  7. Ibu Raiyani, Teknik Lingkungan UGM, Traveller & Writer
  8. Singgih Setiadi, Lulusan Manajemen FEUI 
  1. Mas Cumi Lebay, Traveller, Lulusan Bootcamp 1
  2. Juwairiyah, Mahasiswa Universitas Bakrie, Lulusan Bootcamp 2
  3. Mas Bram, Videografer, Lulusan Bootcamp 3

Kemudian, giliran Pak Rubi yang mulai menjelaskan mengenai “maksud terselubung” program Sustainable Mining Bootcamp yang ternyata program ini banyak disadur oleh petinggi Newmont di negara lain seperti Peru, Argentina, dan lainnya untuk diterapkan hal yang serupa. Beliau ternyata mantan Ketua PR Mining Association yang berarti beliau ini seperti Gordon di dalam Power Rangers.

“Kami ini sudah bosan sebenarnya terus diberitakan yang macam-macam,
Sehingga Newmont ingin membuktikan langsung kepada masyarakat bahwa ini lho apa yang terjadi di Newmont Nusa Tenggara, kami tidak ingin membayar apapun, walau nanti tetap kami akan tanggung biaya transportasi dan akomodasi teman-teman disana,
kan kasihan jika bayar sendiri, Hehehe...

Teman-teman boleh menulis sebebas-bebasnya, bisa memposting foto semau kalian,
Kalian bisa membantu Newmont memberikan kebenaran bagi masyarakat Indonesia. Nanti ada sesi juga teman-teman bisa presentasi mengenai apa saja yang didapat, karena nanti akan dibagi beberapa grup mungkin 2 hingga 3 grup lalu akan tinggal di dalam dan diluar “pagar” Newmont Town Site.

Kalau ada yang bagus-bagus monggo disampaikan ke masyarakat, jika ada yang kurang maka tolong disampaikan kepada kami agar bisa kami perbaiki. Jangan ragu untuk menyampaikan kepada kami, karena kalian juga turut membantu kami.”

“Kegilaan macam apa ini!”, aku berteriak dalam sanubari

Aku mungkin tidak bisa merunutkan pernyataan beliau dengan tepat namun ketika mendengar beberapa paragraph kalimat beliau itu langsung membuatku memilin pernyataan “GUE HARUS LOLOS - IKUT PROGRAM INI, TIDAK ADA KATA TAPI”. Buatku, pernyataan beliau adalah jaminan betapa bebasnya kami dalam menjaring setiap pengetahuan yang bisa didapat, menggugat studi kasus yang terjadi di Sumbawa Barat, namun tetap menggunakan asas bertanggung jawab bahwa data yang didapat adalah valid.

Pak Rubi Purnomo mempersilahkan Juwairiyah dan Mas Cumi untuk memberikan kesaksian betapa “seksinya” program ini. Beberapa top of mind yang berhasil kuingat dari pernyataan mereka adalah “betapa serunya program ini”, “menginap di rumah kepala desa”, dan “presentasi akhir yang menegangkan tapi rileks saja”.

Dan kemudian, berikut ini sesi yang membuatku (sedikit) bersedih...

Sebelum Pak Rubi menutup sesi penjelasan, beliau mengutarakan permohonan maaf karena ternyata akibat kondisi cuaca yang sangat tidak memungkinkan karena faktor hujan lebat di town site maka Sustainable Mining Bootcamp 4 diundur hingga 20 - 29 April 2014. Tentu saja hal tersebut menyisakan kekecewaan bagi beberapa orang di ruang pertemuan tersebut namun belum lama setelah itu, satu per satu dari kami menjalankan sesi wawancara dengan pihak Newmont Nusa Tenggara yang terdiri dari Ibu Jenni, Mas Cumi, Mas Bram, dan Juwairiyah. Sialnya, karena aku duduk di pojok maka aku dipersilahkan duluan.






Aku seperti berada di ruang dosen,
Tepat di depanku adalah Bu Jenni, di samping kiri ada Juwairiyah dan Mas Bram, lalu dibelakang Bu Jenni ada Mas Cumi yang otomatis aku berhadapan langsung dengan 2 orang. Ditanya berbagai macam hal dari motivasi hingga yang membuatku harus menjawab dengan berbagai pengalaman yang pernah didapat, salah satunya Gerakan UI Mengajar, perbincangan tersebut memakan waktu hingga 30 menit dengan Bu Jenni memegang kertas penilaian. Untung tidak menggunakan bahasa Inggris seperti dugaan awalku, fiuh...

Sejujurnya aku kecewa,
Karena aku menjawab dengan beberapa hal yang tidak yakin akan diterima oleh pihak Newmont Nusa Tenggara. Aku merasa beberapa jawabanku terlalu idealis untuk ukuran perusahaan pertambangan namun mau apa dikata, tentu tidak bisa ditarik pernyataanku.

Setelah satu per satu dipanggil ke ruang khusus tersebut, kami dikumpulkan kembali di ruang pertemuan formal bahwa ternyata masih ada seleksi dan hasil akhir akan diumumkan minggu depan atau kemungkinan paling lambat adalah 7 Maret 2014. Tepat pk 20.45 kami semua meninggalkan ruangan pertemuan untuk kembali memupuk harapan yang belum sepenuhnya tumbuh.

Aku mengendarai motor Kharisma keluaran tahun 2004 dari Mega Kuningan menuju Depok. Di jalan Pasar Minggu hpku bergetar tanda ada sms masuk. Saat lampu merah, aku baca.

“Halo Kak Singgih, Kas Asri. Ini nomor hp ku, Della.
Semoga kita semua terpilih menjadi peserta ya, kabar-kabari kak,
Amien Amien Ya Rabb”



[6/9] || Lt.1 Perpustakaan FEUI, 7 Maret 2014 ||
Hari yang seperti biasa
Perpustakaan FEUI masih diisi oleh haha-hihi para mahasiswi yang tiada beban
Satpam yang mengawasi orang lalu-lalang yang ditakutkan membawa bom buku
Penjaga perpustakaan yang semakin tampak menua oleh kebosanan
Dan saya dengan latop toshiba putih ukuran 14 inchi yang sudah usang kembali menganalisis beberapa jurnal mengenai pemasaran politik dengan underdog brand case study.

Kembali membuka www.twitter.com untuk stalking
Menunggu memang tidak enak, terlebih untuk hal-hal besar seperti program Sustainable Mining Bootcamp 4. Sesaat sms masuk ke dalam handphone dari Pak harryadin untuk membuka e-mail tugas baru, namun yang terjadi adalah diluar dugaan sesaat loading browser mengarah ke inbox gmail dan mendapatkan pengumuman dari Kompasiana.

Dear our beloved kompasianer,
Selamat atas terpilihnya Anda sebagai pemenang blog competition Newmont “Mengenal Tambang Lebih Dekat”. Untuk selanjutnya, pihak panitia Newmont akan menghubungi pemenang secara langsung.






Langsung saja aku menuju linimasa www.kompasiana.com dan tertulis dengan resmi bahwa aku termasuk ke dalam 21 peserta Sustainable Mining Bootcamp 4. hampir seluruh calon peserta yang menjalankan sesi wawancara bersama Ibu jenni lolos walau memang ada beberapa yang tidak lolos. Aku belum berusaha untuk kepo mengenai identitas peserta lain, karena sudah tenggelam dalam keriangan berita tersebut. Bersandar pada sofa perpustakaan dengan senyuman mengembang kepada setiap mahasiswi yang melintas.






Namun kebahagiaan itu mungkin harus tertunda...



[7/9] || Oakwood Restaurant - Mega Kuningan, 12 April 2014 ||






Setelah pengumuman tersebut, rasanya di setiap e-mail yang masuk serasa menjadi sebuah berita yang membahagiakan, tak peduli tugas tambahan atau kesalahan pekerjaan, terlebih pada tanggal 4 April 2014 pihak Newmont Nusa Tenggara akhirnya menghubungi setiap peserta untuk melakukan technical meeting pada tanggal 12 April 2014 di sebuah restoran mewah di daerah eksklusif Mega Kuningan.

Disitu kami mulai berkenalan satu per satu secara langsung, sebelumnya hanya melalui Whatsapp, ada yang fokus pada bidang fotografer, traveler, videografer, writer, editor, blogger, mahasiswa dari ranah ilmu teknik hingga sosial. Sangat berwarna! Tercatat hanya sekitar 4 orang yang berhalangan hadir karena faktor jarak tempat tinggal maupun penyebab lainnya, yaitu Subhan Azharullah, Dhanang Dhave, Adian Saputra, & Isnad.

Kami pun kembali bertemu dengan Bu Jenni, yang kemudian saya baru tahu bahwa beliau adalah lulusan FISIP UI, dan juga Pak Rubi Waprasa Purnomo. Datang juga Mas Cumi, Mas Bram, Mas Harris & Ibnu Budiman sebagai pihak alumni Sustainable Mining Bootcamp sebelumnya. Beliau menjelaskan mengenai profil PT Newmont Nusa Tenggara yang secara peta geografi terbagi menjadi 5 wilayah, yaitu

1. Benete Port             sebagai tempat pendaratan kegiatan & pelabuhan
2. Buin Batu Town      sebagai pusat sosial masyarakat
3. Mine                        sebagai lubang tambang atau disebut Pit Batu Hijau
4. Processing Plant      proses pengolahan ore menjadi konsentrat
5. Subsea Tailing         alur buangan ampas tambang atau tailing

Beliau menjamin bahwa kami akan menjelajahi seluruh are tersebut selama beberapa hari di Sumbawa Barat dan kembali mengatakan bahwa kami bebas menuliskan kembali apa yang kami dapatkan selama pengamatan, baik sisi sosial, teknik, ekonomi, budaya, hukum, dan sebagainya. “Hm... tantangan yang menarik”, gumamku dalam hati.







Namun berita yang tidak diduga pun muncul,
Hingga para alumni Bootcamp sebelumnya pun tidak menyangka karena Sustainable Mining Bootcamp 4 ditunda hingga waktu yang belum ditentukan. Kami hanya bisa terpana mendengar hal tersebut dari Pak Rubi, namun ada hal yang menarik, yang membangkitkan keingintahuan ku secara pribadi saat itu juga, karena masalah tersebut mungkin tidak terlalu diperhatikan oleh para kalangan kelas menengah ngehe seperti kami.

Keputusan tersebut dirasa adalah hal yang terbaik mengingat tidak adanya kegiatan produksi di Newmont Nusa Tenggara, akupun baru mengetahui hal itu, sehingga jikalau kami dipaksakan mengikuti rangkaian kegiatan maka kami tidak akan menemukan apa-apa selain keputus-asaan para pekerja hingga seluruh lapisan masyarakat Sumbawa Barat yang terpancar dari wajah Pak Rubi saat menjelaskan hal tersebut. Kegiatan produksi yang terhenti merupakan hilir, sedangkan hulunya adalah landasan hukum yang diterbitkan pemerintah pusat mengenai kadar konsentrat, syarat pembangunan smelter, hingga pajak progresif yang dikenakan pemerintah bagi perusahaan yang tetap ingin mengekspor konsentrat dengan kadar dibawah ambang batas minimum.

Semua itu termaktub dalam UU Minerba No. 12/2009.









Masalah ini menarik & membuka mataku akan kekisruhan hukum
Data valid dari survey Valley - Kanada menunjukkan bahwa Indonesia memang memiliki sumber daya alam terkaya nomor 5 di dunia namun akibat kerangka hukum yang tidak mumpuni mengakibatkan berbanding terbalik dengan minat investasi yang berada di nomor 96 dari seluruh negara di dunia. Terdapat 3 masalah utama yang menjadi sorotan Newmont Nusa Tenggara untuk berdikusi dengan pemerintah, yaitu :

  1. Pajak progresif bagi pengiriman konsentrat yang amat memberatkan perusahaan
  2. Pembangunan smelter
  3. Pemurnian kadar konsentrat atau tembaga


Memilah permasalahan yang ada, dapat ditarik benang merah bahwa perseteruan pemerintah dengan PT Newmont Nusa Tenggara adalah landasan hukum yang dipakai sehingga berakibat pada nilai pemurnian kadar konsentrat atau tembaga yang membutuhkan smelter di dalam negeri atau di dekat wilayah pengolahan tembaga (seperti Sumbawa bagi Newmont dan Papua bagi Freeport), sedangkan pajak progresif adalah “hukuman” bagi perusahaan yang ”mbandel ingin ekspor konsentrat dengan kadar dibawah ketetapan UU Minerba 2009.

“Hmmmpph.....”, aku menarik napas dalam-dalam,

Hasil negosiasi antara Newmont Nusa Tenggara dengan pemerintah, sejak UU Minerba diketok palu oleh DPR tahun 2009, menghasilkan beberapa kesepakatan bahwa Newmont akan mengirimkan konsentrat kepada 3 pabrik smelter yaitu PT Smelting, PT Nusantara Smelting, & PT Indosmelt namun batas maksimum yang mampu diberikan oleh 3 perusahaan tersebut ternyata “hanya” 20% dari total konsentrat yang dihasilkan newmont per tahun.

Newmont Nusa Tenggara pun memiliki alasan khusus mengapa tidak bisa mendirikan smelter sebagai “alat tempur” meningkatkan kadar konsentrat yaitu aspek sumber daya finansial atau syarat investasi modal yang menurut konsultan independen seperti CRU, Hatch, dan LAPI ITB dikategorikan “tidak layak secara ekonomi”.

Saat itu, aku ingat betul bahwa Pak Rubi Purnomo menjelaskan ada 3 hal yang akan dilakukan oleh Newmont, yaitu pengurangan produksi, perawatan infratruktur hingga lingkungan, dan gugatan hukum melalui jalur arbitrase.

Di saat keheningan yang beku diantara para calon peserta Bootcamp,
Otakku berteriak banyak hal mengenai hal ini. Aku ingat betul pernah membaca artikel mengenai kutukan daerah-negara kaya sumber daya alam, karena yang akan terkena dampak besar adalah karyawan yang notebenenya diambil dari wilayah lingkar tambang.

Bagaimana perubahan gaya hidup sosial-ekonomi masyarakat disana ketika tidak adanya proses produk yang dilakukan. Bagaimana langkah pemerintah daerah mengantisipasi ekonomi yang shutdown karena tingkat ketergantungan ekonomi masyarakat yang tinggi. Bagaimana pendapat Pak Rubi mengenai Kontrak Karya yang disetujui di rezim baru apakah win-win atau win-lose solution untuk pemerintah Indonesia kedepannya. Bagaimana Indonesia kedepan akan menyikapi kekisruhan hukum yang ada.

Aku hanya bisa ternganga dengan kondisi yang aku bayangkan di Sumbawa Barat, terus melamun hingga akhirnya ditegur oleh Pak Rubi,

“Mungkin ada yang ingin Singgih tanyakan?”

Aku hanya menggeleng kepala dengan senyuman datar 1 jari.
Mencoba mengunyah makanan prasmanan mewah yang disajikan sembari membayangkan perubahan kondisi hidup masyarakat Sumbawa Barat. Setidaknya aku harus sedikit memaksakan senyum cerah 3 jari ketika foto bersama dan sembari kembali mengimajinasikan kapan Sustainable Mining Bootcamp 4 ini akan dilaksanakan, yang disebut sebagai Bootcamp Perjuangan (Y).






[8/9] || Lt.4 Perpustakaan Pusat UI, 18 November 2014 ||
Setelah pertemuan di Oakwood Restaurant
Perlahan bayangan masyarakat Sumbawa barat mulai tergantikan dengan berbagai tugas yang aku dapatkan sebagai “pembantu” di Program Pascasarjana Ilmu Manajemen - FEUI dan membantu Wakil Ketua Program Magister Manajemen FEUI. Sepucuk harapan sudah aku timbun dengan kenyataan bahwa Newmont pada akhirnya menggugat pemerintah Indonesia atas kekisruhan hukum Minerba yang ada melalui jalur arbitrase. Aku pun mulai disibukkan dengan tes penerimaan Otoritas Jasa keuangan (OJK) hingga tahap akhir medical check-up.

Namun aku yakin ada hikmah dari semua ini,

Hey, lihat!
Salah satunya hubungan antara peserta Sustainable Mining Bootcamp 4 ini semakin erat dengan komunikasi via whatsapp ditambah pertemuan di saat bulan Ramadhan kemarin. Hingga akhirnya disela-sela melakukan pengolahan data dengan IBM SPSS 20 aku mendapatkan e-mail yang lagi-lagi membuatku senyumku mengembang






[9/9] || Jatladda Restaurant - Ciputra World, 15 Januari 2015 ||
Yeah!, teriakku penuh girang dalam hati

Aku sudah menduga bahwa PT Newmont Nusa Tenggara akan kembali beroperasi setelah pemerintah mengeluarkan izin ekpor konsentrat. Aku mengamati setiap perkembangan kasus UU Minerba hingga pencabutan gugatan arbitrase yang dilakukan oleh Newmont. Pemerintah akhirnya menerbitkan PP No.1 Tahun 2014 dengan Permen No.1 Tahun 2014 mengenai perubahan ambang batas kadar konsentrat tembaga yang diizinkan diekspor dari hanya boleh >99,9% menjadi >15% mengingat kadar konsentrat Freeport dan Newmont sekitar 25-30% dan juga didukung oleh PMK No.6 tahun 2014 mengenai pajak progresif sebesar 25% yang sebelumnya akan menjadi 65% di tahun 2016 namun kemudian direvisi kembali menjadi PMK No. 153 tahun 2014 dengan nilai pajak progresif hanya sebesar 7,5% namun prasyaratnya adalah uang jaminan pembangunan smelter sebesar USD 115 juta.

Pihak Newmont Nusa Tenggara akhirnya meyakinkan peserta Sustainable Mining Bootcamp bahwa pelaksanaan program Sustainable Mining Bootcamp 4 adalah 18 - 25 Januari 2014, namun akan diadakan pertemuan terlebih dahulu di Jatladda Restaurant di Ciputra World.

Aku sudah menduga sejak awal,
Kemungkinan besar yang datang akan sedikit mengingat jarak yang cukup jauh dari beberapa domisili peserta Bootcamp dan juga faktor weekdays. Dari sekitar 6 orang yang confirm kemungkinan besr akan datang pada akhirnya hanya sekitar 3 orang saja, yaitu saya, mas Unggul Sagena seorang blogger dari Bogor yang juga S2 di Estonia, dan Denny Reza Kamarullah seorang mahasiswa Teknik Pertambangan ITB yang juga anak PPSDMS.







Selama pertemuan dibahas beberapa hal teknis seperti penggunaan propaganda media sosial dengan hastag yang berubah, dari #SMBCIV menjadi #NewmontBootcamp mengingat para teman-teman peserta akan semakin curious ketika ada hastag #Newmont namun ada kata tambahan #Bootcamp. Setidaknya mungkin mereka akan berujar “Acara apaan nih?!”.







Di saat berjalan pulang setelah pertemuan dan menelusuri lorong panjang Ciputra Mall lantai 1
Aku kembali membongkar harapan masa lalu, tepat 1 tahun sebelumnya,
Ketika aku berdiskusi dengan temanku, seorang aktivis sosial-politik
Pada sebuah meja belajar panjang di lantai 4, Perpustakaan Pusat UI

“Aku akan adil sejak dalam pikiran, 
Mencoba mencari kebenaran yang bisa dipertanggung-jawabkan
Semoga perjalanan ke Newmont, Sumbawa Barat akan menemukan jawaban 
Sebagaimana yang dijamin oleh Pak Rubi Waprasa Purnomo untuk menyampaikan kebenaran dan memberikan kritik konstruktif pada Newmont Nusa Tenggara, Insya Allah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar